Assalamu’alaikum
warahmatullah wabarakaatuh
Setiap orang
pasti memiliki impian dan harapan di dalam dirinya, baik itu dinyatakan ataupun
hanya terbesit di dalam hati. Adapun keraguan, seringkali ia hanya terbesit
dalam hati, namun mampu menggugurkan
harapan yang telah dinyatakan bahkan dibangun.
Menjadi seorang
penulis mungkin adalah harapan bagi sebagian orang, termasuk saya. Ya, saya
katakan bahwa saya ingin sekali menjadi seorang penulis, hanya saja mungkin itu
sebatas harapan dalam angan.
Entah mengapa,
saya mulai ragu kepada diri saya sendiri. Menyelesaikan satu tulisan untuk
hadiah seorang teman saja, sudah lebih dari satu tahun tapi tulisan itu tidak
pernah selesai. Lalu bagaimana saya bisa menulis sebuah buku.
Alasan
kesibukan selalu menjadi dalih utama saya, writing block atau istilahnya buntu
saat menulis menjadi dalih kedua, kemudian alasan malas adalah dalih ketiga, dan
alasan lain yang selalu ada saja.
Beberapa waktu
lalu (pasca wisuda), saya pernah berkesempatan menjadi seorang penulis lepas di
sebuah agensi. Meskipun basic saya adalah kesehatan, tapi saya
tidak ragu untuk mencoba. Mungkin dengan cara tersebut saya akan bisa lebih
dekat dengan impian saya sejak dulu.
Setelah
beberapa waktu berlalu, entah mengapa saya merasa kalau ‘ini bukanlah diri saya.’ Saya tidak pernah merasa lebih baik (dalam
perkara agama) setelah menjalani hal ini. Perasaan tersebut terus menghantui
saya dari waktu ke waktu.
Bagaimana
tidak, deadline yang begitu menggigit dan kemampuan yang masih terbata-bata
membuat saya sering kali kwalahan. Sehingga sangat terpaksa, dari subuh hingga
jam 10 malam, bahkan jam 12 atau jam 2 malam saya selalu berada di depan layar
laptop. Jangankan untuk beraktivitas normal dan membantu orang tua, untuk
shalat saja saya terpogoh pogoh. Bahkan dalam shalat pun tak jarang saya
memikirkan tentang apa yang akan saya tulis selanjutnya.
Subhanallah.
Padahal yang
kita tahu, apabila seorang hamba dalam sujudnya ia masih memikirkan tentang
dunia. Maka jika ditampakkan dosanya, itu akan membinasakan langit dan bumi.
Astagfirullah.
Hal itu rasanya
semakin menghimpit dada saya. Saya ingin keluar dari kondisi yang tidak
mendukung, namun ada hal lain yang membuat saya merasa sungkan untuk mengundurkan
diri. Pada akhirnya hanyalah doa yang menjadi senjata. berharap semoga Allah
memberikan yang lebih baik dari pada ini, dan mendorong untuk ketaatan
kepadaNya.
Dan kemudian
Allah memberikan jawaban, agensi saya vakum dan saya bisa kembali kepada Rabb
dengan perasaan tenang.
(to be
continue)
https://megateduh.blogspot.com/2017/05/impian-harapan-dan-keraguan-bag2.html
0 Comentarios