Salam Pertama dan Terakhir dari Anak Krakatau

 Lanjoot dari tulisan sebelumnya .. 

Pulau Sebuku Kecil

Dari dermaga canti kami menuju Pulau Sebuku. Ya..Pulau Sebuku Kecil adalah tujuan pertama kami. Tapi sayangnya disini kami tak terlalu menghabiskan waktu cukup lama karena mengejar waktu untuk snorkeling. Nah ini nih yang saya suka dari pantai-pantai disini, adalah pasirnya yang putih dan airnya yang jernih. Yaa gabisa dibandinginlah sama pantai utara jakarta.

Karena waktu singgah yang sebentar beberapa teman enggan turun dari kapal, jadi yaa kita foto dari atas kapal aja yaa shay..


Kade kejebur neng..

Snorkeling

Setelah mampir sebentar ke Pulau Sebuku Kecil, kemudian kami lanjut ke spot snorkeling yang berada di deka Pulau Sebuku Kecil dan pastinya bersnorkeling ria. Disni saya tidak terlalu banyak berfoto karena keterbatasan kamera. Tapi yang namanya keindahan bawah laut tuh emang gak ada matinya gais. Mari kita lihat sek,,


Source : tinutthegastronomictraveler(dot)blogspot(dot)com

Pulau Sebesi

walterpinem.me

Setelah puas snorkeling, kami menuju homestay di Pulau Sebesi untuk bersih-bersih makan siang dan istirahat. Nah disini lah kami check-in home stay yang sudah diinfokan dari awal sharing room. Sebenarnya homestaynya terbilang cukup bagus karena bangunan baru. Luas ruang tanpa sekat sekitar 6x9 meter dengan 8 bed dimana 1 bed bisa ditempati 2 orang, serta 2 kamar mandi. 

Viewnya juga langsung laut lepas dan lokasinya pas banget di belakang tulisan umbul-umbul Pulau Sebesi. Tapi segimanapun homestay sharing, jujur rasanya males sedih campur aduk, bahkan kita sampe pengen tidur di musholah terdekat aja. Tapi ketika kami ke musholah mendapati tempat yang hanya terlihat seperti gudang. SADD ;((

Akhirnya meski dengan penerimaan yang pahit kita nerima aja, sambil dalam hati kapok banget ikut open trip begini. P.S. tidak semua penyelenggara travel, ini mungkin untuk pelajaran untuk cari travel yang lebih amanah mungkin ya.


Pulau Umang

Memasuki waktu sore, kami dan rombongan bergerak menuju pulau Umang untuk hunting Sunset. Meski sunset tidak didapatkan tapi pengalaman bermain di pulau ini benar-benar menyenangkan.


Seperti pada umumnya pulau pulau disini memiliki karakteristik pasir putih air yang jernih dan pemandangan yang indah pastinya. Saatnya menikmati sore dengan pemandangan burung-burung di tepi laut, suara deburan ombak, dan berfoto ria pastinya~ 


We’re so happy

Setelah puas bermain air dan langit semakin gelap, kami kembali ke Pulau Sebesi untuk bersih-bersih dan istirahat. Kami harus bergegas tidur karena besok harus berangkat pagi pagi sekali menuju Gunung Anak Krakatau Yeah.

Pagi menjelang, sekitar jam 2 pagi kami terbangun karena beberapa orang heboh dengan gempa yang baru saja terjadi. Sejujurnya saya dan teman-teman tidak merasakan apa-apa, tapi ketika itu saya mendapat sms dari BMKG bahwa memang baru saja terjadi gempa sekitar  4.5 Sr di laut selatan Lampung. Seketika saya bersyukur karena tidak harus mati dengan keadaan open trip seperti ini ;;((((

 

Menuju Gunung Anak Krakatau

Semenjak gempa kami tidak tidur kembali mengingat jadwal perjalanan dimulai jam 3 pagi, jadi kami lebih memilih bersiap-siap. Tapi pada akhirnya jadwal tersebut molor sampai jam 4.30 pagi, Suasana masih sangat gelap, dan langit begitu pekat. Hanya terlihat kemerlip bintang dan lampu-lampu dari kapal nelayan. Maa syaa Allah.

Perjalanan dari pulau sebesi ke Anak Gunung Krakatau membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Selama itu pula kami berada diatas kapal memandangi langit dari mulai gelap hingga fajar menyambut dengan indahnya.

Akhirnya kami sampai di Pulau Gunung Anak Krakatau yeaah.  Karakter pulau ini berbeda dengan pulau lain, karena pasirnya dan airnya yang hitam. Tentu karena ini gunung berapi aktif yang masih mengeluarkan material seperti pasir dll.

Sebelum trekking menuju puncak anak Krakatau kami sarapan dan briefing terlebih dahulu. Mengenai apa-apa yang tidak boleh dilakukan seperti membuang, membawa atau mengambil sesuatu dari pulau ini. Pokoknya inget kata kata bang Dzawin gaes tidak mengambil apapun kecuali gambar, tidak meninggalkan apapun kecuali kenangan. heaah

Trekking menuju puncak Gunung Anak Krakatau sebenarnya tidak terlalu membutuhkan waktu lama. Namun karena saya pendaki amatir dan tidak exercise sebelumnya jadi pendakian terasa lama. 20-30 menit pertama perjalanan masih normal, vegetasi masih tanah hutan seperti biasa. 30-40 menit selanjutnya adalah vegetasi pasir dengan kemiringan hampir 45 derajat.

Bikin baper aja bangg..

Dengan vegetasi berpasir dan kemiringan yang mendukung, bikin setiap langkah kadang jadi lebih berat. Jadi banyak istirahat walaupun jarak yang ditempuh terlihat ga seberapa. Tetap semangat menuju puncak. Yeaah

Akhirnya sampai puncak gaees..


bagian paling puncak dari Gunung Anak Krakatau ini masih berasap dan panas. Jadi ini adalah titik tertinggi pengunjung boleh mendaki.

Aslinya ramai sekali sahabat

Setelah puas berfoto di puncak Anak Krakatau akhirnya kami turun. Untuk jalur kali ini kami melalui jalur  yang berbeda dan lebih ringan dari sebelumnya. Alhamdulillah~

Pemandangan Gunung Rakata (Ibunya Anak Krakatau) 

Setelah pendakian, kami melanjutkan snorkeling diarea sekitar anak krakatau. Kemudian dilanjut bersih-bersih dan persiapan pulang~ 

Perjalanan pulang ini tentunya menjadi perjalanan yang cukup panjang. Dari mulai anak krakatau ke Pulau Sebesi. Pulau Sebesi ke dermaga Canti. Canti ke Pelabuhan Bakauheni. Bakauheni nyebrang ke Merak, Merak ke Kp. Rambutan. Sampai pada akhirnya sampai ke rumah masing-masing.

Butuh waktu lebih 12 jam mungkin dari Canti sampai ke rumah, karena kami dari homestay setelah dzuhur dan sampai rumah sekitar jam 3 pagi. Hmm, mantap. Kalau dipikir-pikir perjalanan itu melelahkan tapi experiencenya jauh lebih menyenangkan. Walaupun agak trauma dengan open trip. Tapi next aku bakal ceritain open trip aku selanjutnya yang lebih menyenangkan (gak jadi kapok) hehe.

Perjalanan ini mungkin bisa dibilang pertama dan terakhir kalinya saya ke Gunung Anak Krakatau. Karena setelah saya bulan April 2018 kemarin, di bulan Juni Gunung ini telah mengalami erupsi. Sehingga pendakian tidak bisa mencapai titik puncak seperti biasanya. Sampai pada akhirnya gunung Anak Krakatau meletus dan menyebabkan tsunami pada bulan Desember di tahun yang sama.

Source : kumparan(dot)com

Saya merasa bersyukur pernah ke tempat yang mungkin telah tidak ada dan bahkan menjadi tempat yang sangat berbeda. Meski perasaan itu tidak seberapa dibanding duka orang yang kehilangan dan tertimpa musibah di kala itu. Yah kita hanya bisa berharap, semoga alam selalu bersahabat agar kita bisa terus menikmati tanda-tanda kebesaranNya.

Sampai jumpa di cerita perjalanan berikutnya..


0 Comentarios