Bismillah, hallo sahabat. Terima kasih yaa sudah mampir ke blog saya yang sederhana ini. Kali ini saya akan melanjutkan cerita selama di Banyuwangi, cerita sebelumnya bisa kalian baca disini.
Next kali ini saya akan bercerita mengenai tempat istimewa Banyuwangi lainnya yaitu Kawah Ijen. Yaps jujur saya sangat tertarik dengan Kawah ijen ini. Selain gunungnya yang cocok untuk pendaki pemula, pemandangannya juga super indah, plus di kawah ini juga terdapat fenomena langka yakni blue fire. Bukan blue gas tapi ya..hehe. Dan kalian tau gak sih yang membuat istimewa adalah Blue fire ini hanya ada dua di dunia, satu di Kawah Ijen Banyuwangi, satu lagi di Islandia. Keren banget kan..
Sebelum memulai pendakian, kami berhenti di titik kumpul pendaki yakni Paltuding. Kami sampai di pos pendakian Paltuding sekitar jam 10 malam, suasana Pos Pendakian Paltuding malam hari terbilang ramai. Terdapat cukup banyak tenda, dan sangat banyak kendaraan. Warung warung pun ramai di datangi para pendaki yang ingin menghangatkan tubuh dengan secangkir kopi, gorengan, ataupun pop mie.
Kami akan mulai pendakian jam 2 dini hari. Karena lelah seharian snorkeling maka kami memanfaatkan waktu sebisa mungkin untuk segera tidur. Tapi karena ini adalah pendakian pertama saya, jadi ya.. u know lah gaes tidur pasti ga nyenyak2 amat hehe. So exited, gak sabar mau liat blue fire. yihaa
Jam 1.30 kami mulai bersiap, tas memang sengaja ditinggal di mobil jadi kami hanya membawa senter, minum dan uang secukupnya. Sebelum mendaki kami melakukan briefing singkat mengenai jalur yang akan di lalui.
Perjalanan dari pos paltuding menuju Puncak Gunung Iijen sebenarnya hanya 2 kilometer saja gaes, dengan jalur bervariasi antara jalur datar dan menanjak, sedangkan dari puncak menuju kawah sekitar 1 kilometer.
Pendakian ini memerlukan waktu tempuh 2 jam atau sesuai dengan kemampuan. Nah, pendakian akan terasa lebih ringan bagi mereka yang sudah exercise sebelumnya. Buat kamu yang berencana naik gunung jangan lupa yaa exercise dulu dibanding nanti malah merasa kesiksa.
Sedikit tips dari guide saya waktu itu adalah, kalau merasa capek ketika menanjak, istirahat dulu tapi istirahatnya berdiri saja jangan duduk, apalagi sampai selonjoran. Dan kalau bisa istirahat nya jangan lama-lama. Karena bisa tambah berasa lelah dan lemas otot-ototnya. Plus kalau haus, minumnya cukup satu dua teguk saja. Dan alhamdulillah tips ini sangat berguna untuk saya pribadi.
Meski kami berjalan di jalur gelap gulita, namun tidak perlu ada yang di khawatirkan karena jalur terbilang cukup ramai. Atau bahkan sangat ramai. Kalau aku bilang sih mau ke puncak gunung kek mau ke pasar wkwk mau nanjaknya aja ngantri boss.
Setelah 1 jam
pendakian, kami bertemu dengan sebuah warung (yang biasa disebut Pondok Bunder)
dan sepertinya memang ini adalah satu-satunya warung di jalur pendakian Kawah ijen.
Disini kami beristirahat sebentar untuk minum teh hangat. Warung ini cukup
ramai dan saya baru sadar kalau cukup banyak wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke kawah ijen. Maklum sepanjang perjalanan gelap gaes.
Pondok Bunder dipagi hari. (Saat pendakian semuanya gelap gais)
Oiya, kalau
kalian tidak mau berlelah-lelah naik gunung untuk menikmati blue fire, khusus di gunung ijen kalian
bisa banget sewa taxi gais. Taxi disini sepeti gerobak yang didesain
sedemikian rupa, kemudian ditarik oleh beberapa orang. Biaya sewa taxi untuk
mendaki sekitar 600-800 ribu, tergantung berat badan dan kemampuan negosiasi.
Karena semakin besar berat badan kamu, otomatis semakin banyak orang yang akan
menarik taxi kamu. Gimana? Tertarik untuk mencoba taxi dikawah ijen?
Waktu menunjukan sekitar pukul 4.00 pagi dan kami sudah sampai di puncak kawah ijen. Alhamdulillah, eits tapi jangan senang dulu karena perjalanan belum berakhir gaes. Kita harus turun untuk ke dalam kawah agar bisa menikmati blue fire lebih jelas.
Untuk jarak dari puncak
menuju kawah sekitar 1 kilometer dengan medan yang sangat terjal. Karena kawah
ijen adalah kawasan tambang nasional, disini kita akan bertemu banyak penambang
yang lewat dan kita wajib mendahulukan penambang. Karena setiap penambang yang
naik bisa membawa beban sampai 70 kilogram.
Oya, untuk masuk mendekati kawah sendiri kita memerlukan masker khsusus gas. Saya dan teman2 awalnya tidak tahu kalau memang harus menggunakan masker khsusus gas. Jadi kami sengaja menyiapkan masker N95 dari rumah. Kami pikir itu cukup, ternyata tetap tidak diperkenankan. Yaa memang kami agak salah server juga sih, wong masker medis dibuat ke tempat beracun hehehe
Sebenarnya sebelum
mulai pendakian banyak yang menawarkan untuk sewa masker gas seharga 25.000.
tapi karena merasa agak gimana gitu dengan sewa masker (bekas orang lain) jadi
kami mencukupkan diri dengan bawa masker kain dan N95. Ya nanti lain kali kalau
mau kesini kalian bawa masker gas sendiri ya gaes.
Kenapa sih kita
harus pakai masker khusus gas disini? Karena gas belerang itu bahaya ya gaes. Belum
lagi angin di kawah ijen cukup kencang dan kita tidak tahu kemana arah angin. Dan
jalur kawah yang terjal tidak memungkinkan kita untuk langsung lari naik ke
atas saat angin membawa gas belerang ke arah kita. Jadi kalau kita mau melihat
blue fire dengan lebih dekat, kita harus menggunakan masker gas, agar ketika
angin dan gas belerang tersebut bertiup ke arah kita, kita masih aman.
Terus gimana dong nasib kami yang gak bawa masker khusus gas? Alhamdulillah masih ada jarak aman dari 500 meter dari pusat kawah untuk kami melihat blue fire. Jadi kami hanya turun 500 meter dari puncak saja sebenarnya, tapi effortnya itu juga sudah luar biasa.
Ketika pagi hari,
sebenarnya Kawah ijen menyajikan dua pilihan pemandangan, yaitu menikmati blue
fire atau menikmati sunrise. Sebenarnya bisa sih selesai melihat blue fire
langsung menuju puncak lagi untuk mengejar sunrise. Tapi jujur kalo aku gak
kuat gaes L karena jalurnya itulho.. jadi aku mencukupkan diri
untuk melihat blue fire sahaja.
Spoiler Sunries Ijen
Jujur, berada di
alam terbuka di waktu subuh itu benar-benar menguji diri saya pribadi. Rasanya
campur aduk, dan hanya ingin tutup mata, melihat betapa banyak manusia yang
menunggu keindahan penciptaNya, tanpa mau bersujud kepada pemilikNya. Sedih aja
pokoknya mah.
Yasudahlah, untuk
itu saya gak akan ngomong banyak ya ges. Hanya secercah kekecewaan aja. Sampai
langit terang kami terus berada dalam kawah untuk berfoto-foto. Walaupun
rasanya agak sulit juga berfoto karena situasi sangat ramai.
Waktunya kita naikk!!
Setelah mencapai puncak, kita juga bisa menikmati pemandangan puncak yang indah. Berfoto-foto dan enjoy the moment.
Setelah puas mengabadikan moment, waktunya kita turun gunung. Hwaa nyatanya kaki ini sudah lelah dan masih tetap harus berjalan. Ya, kayak hidup aja ya ges, walaupun kehidupan ini melelahan tapi kita harus tetap berjalan. Hiyaaa
Meski lelah nyatanya perjalanan pulang ini juga tidak kalah menyenangkan. Karena kita disuguhkan dengan pemandang yang Maa syaa Allah bikin hati ini ga berhenti mengucap syukur. Kita bisa melihat jelas jalur pendakian yang bikin hati ini ingin menangis terharu. Maaf aku memang cengeng gais :(
Untuk perjalanan
pulang, kita juga bisa menyewa taxi ges. Harganya sekitar 200 ribu. Tapi ya.. karena kalau naik taxi rasnya kurang afdol. Maka kami berusaha menikmati
perjalanan pulang meski kaki ini rasanya mau copot :’(((
Usai sudah cerita perjalanan saya di Gunung Ijen ini. Apakah perjalanan kami akan berhenti sampai disini? Oh tentu tidak. Kami masih ada beberapa destinasi selanjutnya. Yaitu Taman Nasional Baluran, Bromo, dan Air Terjun Mardakaripura. So tunggu tulisan aku selanjutnya ya..