Bismillahirrahmanirrahim.. Assalamu’alaykum warahmatullah
wabarakaatuh!
Hallo sahabat traveler, kali ini saya akan membagi
pengalaman saya naik pesawat untuk pertama kali. Mungkin ini isinya bakalan
norak banget kali ya jadi mohon maklumin aja, hee.
Ini pertama kalinya saya menggunakan Sriwijaya Air dengan
tujuan Bandara Radin Inten II Bandar Lampung. Alasan menggunakan maskapai ini
sih sederhana aja guys, meskipun
tergolong maskapai LCC (Low Cost Carrier)
tapi pelayanannya tidak terlalu mengecewakan. Ya.. walaupun kelas ekonomi not too bad lah.
Saya dan tim berangkat dari Grand Depok City sekitar jam 4
pagi. Kami memang sengaja mengambil jadwal penerbangan pagi, supaya sampai Lampungnya
masih pagi dan bisa lebih puas jalan – jalan. Ketika memasuki terminal 1 Bandara
Soekarno Hatta, waktu sudah menunjukkan sekitar jam 5 pagi, dan suasana bandara
sudah sangat ramai.
Sumber :
siarjustisia.com
Suasana check-in
dan bagasi di Terminal 2
Setelah check in pertama dan kedua, saya dan tim
langsung menuju lounge waiting room
untuk penumpang Sriwijaya Air. Jaraknya cukup jauh dari tempat saya check in pertama. Saya khawatir, karena
langit sudah semakin cerah tapi tim kami belum juga menemukan tempat untuk
sholat. Yap, satu hal yang saya kecewa dari gedung sebesar ini adalah tidak ada
petunjuk yang jelas mengenai keberadaan masjid/musholah.
Akhirnya setelah memasuki lounge waiting room, kami melihat sign toilet yang berada di lantai bawah. Kami pun mencoba memastikan
ada tidaknya musholah disana, dan benar saja memang ada. Terdapat sebuah musholah
kecil namun bersih dan cukup nyaman. Sayangnya kenapa gak ada sign musholah gitu, buat nunjukin kalau disini tuh ada musholah loh. Kan jadi
gak kelimpungan nyarinya. *ngegrutu sendiri
Setelah tim selesai sholat, kami langsung duduk menunggu di
tempat yang sudah disediakan, kami akan take
off sekitar jam 06:55. Lima belas
menit sebelum jam keberangkatan kami mulai mengantri untuk masuk ke kabin
pesawat. Diluar perkiraan saya, saya pikir saya akan berjalan di lapangan
terbang untuk menuju pesawat namun ternyata tidak. Kami menggunakan tangga
belalai atau yang biasa disebut garbarata untuk langsung menuju kabin pesawat.
Sumber : jawapos.com
Garbarata
Sebenarnya saya dan mbak Shinta agak kecewa, karena gak bisa
foto pesawat langsung dari luar kayak blogger – blogger lain gitu. Tapi yaudah lah
masih bisa foto – foto dari dalem, lagian seharusnya sih bersyukur juga karena
udah pakai garbarata. Sesampainya di kabin kami langsung mencari tempat duduk,
dan alhamdulillah saya duduk dipinggir dekat jendela hihi.
Sumber : flickr.com
Suasana
Kabin Kelas Ekonomi Sriwijaya Air
Setelah duduk rapi, mbak-mbak pramugari yang cantik mulai
membagikan snack. Tentu ini di luar perkiraan saya, saya baru tahu kelas
ekonomi di Sriwijaya Air itu dapet snack. Yah, memangnya apasih yang diharepin
dari kelas ekononi (?) Meskipun cuma dapet wafer sama air mineral dalam gelas,
tapi lumayan lah dibanding kelas ekonomi lain yang gak dapet apa – apa.
Satu hal yang saya sesalkan ketika itu adalah kamera saya letakkan
di dalam ransel, dan ranselnya di taruh di bagasi kabin. Pas inget mau ngambil,
eh bagasi kabinnya udah di tutup sama mbak2nya. Oh NICE! Mau minta bukain tapi
gak enak, akhirnya saya hanya bisa foto menggunakan handphone dengan harapan masih bisa di mode terbang.
Setelah semuanya siap, mulai ada pengumuman untuk
menonaktifkan handphone. Disitu saya
mulai merasa galau, saya ingin tetap dalam mode pesawat supaya bisa foto pemandangan dari atas, sementara perintahnya adalah MEMATIKAN HANDPHONE. Huft, yaudahlah
karena gak ada yang nyalain dan demi keselamatan penerbangan akhirnya saya
nonaktifin handphone, dan gagal sudah rencana foto sayah.
Tapi sejujurnya sampe sekarang saya masih bertanya – tanya, kalau gitu buat apa dong gunanya mode
terbang. Sebenarnya boleh kan ya pakai mode terbang tanpa harus dimatiin total
selama penerbangan (?) Kan sama aja sebenernya. Huft
Pesawat mulai berjalan pelan, pesawat berjalan cukup lama
dan jauh untuk mencari putaran agar bisa
lepas landas. Setelah berputar arah, pesawat yang tadinya pelan mulai berjalan
cepat, sangat cepat, daannn TERBANGG. OMG!
It’s my frist flight! Yeah, wuhuuu! Teriak saya dalam hati.
Sumber : okezone.com
Aku
terbaang!
Setelah mengudara, saya mulai bisa melihat pemandangan batas darat dan laut di
sebelah utara Jakarta dan sekitarnya. Ternyata Jakarta itu kalau di lihat dari
atas gak terlalu terlihat indah ya ya, semacam acak-acakan gitu.
Setelah meninggalkan daratan Pulau Jawa saya mulai melihat
laut yang luas, diantara lautan itu terdapat pulau-pulau kecil. Letak mereka
ada yang berdekatan, banyak juga yang berjauhan. Gradasi warna biru tua, biru
toska, dan pasir putih pun nampak terlihat jelas dari atas. Gambarnya gak beda
jauh kayak begini, Indaaah bangetlah pokoknya.
Sumber : thousandisland.co.id
Sayangnya pemandangan itu tidak dapat saya nikmati lebih
lama, karena pesawat kembali menaikan ketinggiannya. Kini saya berada diantara lapisan
awan yang terhampar luas. Ternyata benar ya kata orang, diatas langit masih ada
langit. Lapisan awan terlihat begitu rapi, mirip negeri awannya Doraemon.
Sumber :
winarto.in
Rasanya mau mecahin kaca dan lompat ke tumpukan uap-uap air
yang keliatannya nyaman dan empuk. Tapi ya kali saya beneran lompat, haha.
Setelah menikmati pemandangan negeri awan, mulai lah pesawat kami menurunkan
ketinggian, dan kini mulai terlihat ujung selatan dari Pulau Sumatera.
Daratan Sumatera terlihat begitu menghijau, hamparan hutan
karet begitu tersusun rapi, dan hamparan kebun kelapa sawit. Setelah melewati yang
ijo-ijo, saya mulai melihat yang oren-oren (atap rumah) yang menandakan bahwa
kita udah sampai di Ibukota Bandar Lampung.
Ya, you know lah ya guys. Namanya juga kota,
pastinya penuh sesak dan gak terlalu indah kalau di lihat dari atas. Setelah 30
menit mengudara akhirnya pesawat mendarat dengan selamat, Alhamdulillaah.
Awalnya saya kaget pas mendarat di Bandara Radin Inten II, karena bandara ini
cukup sepi dan tidak terlalu besar.
Setelah turun dari pesawat, sudah ada shutlle bus yang siap mengantar kami menuju pintu kedatangan. Shuttle bus ini lumayan bagus dan
terlihat masih baru, lebih mirip TJ namun pintunya lebih rendah seperti kereta.
Setelah sampai di pintu kedatangan, saya dan Mbak Shinta langsung mengambil
koper. Proses pengambilan koper dibagasi juga tidak harus menunggu lama (karena
hanya ada pesawat kami yang mendarat).
Setelah berjalan keluar saya sedikit shock, karena suasana dan kondisi yang tidak terlalu nyaman. Bahkan
menurut saya ini tidak seperti bandara, tapi lebih mirip stasiun atau
semacamnya. Belakangan saya ketahui bahwa bandara ini memang sedang dalam tahap
perbaikan agar menjadi bandara internasional. Wah pantes aja, sukses deh buat
Bandara Radin Inten II !
Sesampainya kami di luar bandara, kami sudah ditunggu oleh
Pak Yopie yang akan menemani perjalanan kami selama di Lampung. Itinerary trip kami dihari pertama ini
adalah hopping island di Teluk
Lampung, tapi sebelum itu kita sarapan dulu~
Come on ~
Yap, kami sarapan di rumah makan Encim Gendut. Menurut saya
rumah makan ini memiliki desain yang cukup unik dan menarik. Banyak
ornamen-ornamen keramik tempo dulu dan dipadukan dengan furniture kayu. Makanan
yang disediakan juga indonesia banget.
Oya kabar baik buat kamu yang pemakan segala, hari Minggu di
Encim Gendut ada promo all you can eat
yang bisa kamu nikmati hanya dengan membayar Rp38.000 (untuk dewasa), dan
Rp25.000 (untuk anak-anak). Tapi jangan datang terlalu sore ya guys karena rumah makan ini hanya buka sampai jam 3
sore aja.
Setelah perut terisi, kami pun melanjutkan perjalanan menuju
Teluk Lampung. Mau berenang-senang di sanah! So, tunggu cerita saya selanjutnya
di Teluk Lampung ya.. See you!
Wassalamu’alaykum warahmatullah wabarakaatuh
Cerita selanjutnya :
Pulau Kelagian Kecil