Pendakian Gunung Sagara 2132 mdpl

 Bismilah,

Assalamu’alaikum sahabat welcome back to my blog, semoga selalu dalam keadaan sehat yaa. Seperti biasa, saya ingin berbagi cerita pendakian yang baru saja dilakukan di hari Sabtu tanggal 11 Desember 2021 kemarin. Kali ini aku melakukan pendakian ke Gunung Sagara, Garut.

Sumber: travelspromo(dot)com

Awalnya saya tau gunung ini dari channel Maksum art dan Bodink artventure, karena pemandangannya yang luar biasa. Dan sebagai orang garut (walaupun KW), ya kenapa ga mencoba mendaki gunung di kampung sendiri gitu.

Pendakian ke Gunung Sagara ini sebenarnya unplanned, karena rencana pendakian akhir tahun ini adalah Gunung Merbabu atau Gunung Sumbing. Tapi qadarullah bapak ga ngizinin karena kondisi cuaca, medan, dan fisik yang akan lebih berat di musim hujan.  Akhirnya memutuskan buat pulang kampung sekaligus naik gunung tektok.

Pernah ada yang tanya, kenapa musim hujan kekeuh tetep naik gunung? Entahlah, mungkin aku butuh sebuah perjalanan untuk menepi sejenak. Ku sebut ini adalah perjalanan melupakan dan mengikhlaskan apa-apa dan siapa yang tidak bisa ku raih. Karena waktu dan perjalanan mungkin cukup menjadi obat. Ciaat

Sebelum melakukan perjalanan aku menghubungi pihak basecamp terlebih dahulu agar bisa didampingi dengan guide lokal. Nomor kontaknya bisa di lihat di bio instagram @puncak.sagara ya..

Kami berangkat dari rumah bibi sekitar jam 5.30 pagi, dengan harapan bisa mulai pendakian jam 7 pagi. Perjalanan menuju Kampung Sagara membutuhkan waktu sekitar 1 jam 15 menit.

Kondisi jalan 85% mulus. namun hanya cukup dilalui oleh 1 mobil. Selama perjalanan dihiasi pemandangan sebelah kanan tebing dan sebelah kiri jurang, terdapat pula tanjakan yang jalurnya kayak tanda (>) jujur deg degan banget, karena bapak bawa sedan wkwk Yaa Allaah. Mana sempet ngegasruk beberapa kali,

Sumber : Brisik(dot)id

Alhamdulillah akhirnya setelah perjalanan yang menegangkan, sampai juga di Kampung Sagara tepatnya di Homestay milik A Mugi. Dilanjut sarapan dan akhirnya berangkat mendaki jam 8 pagi. Dari homestay kami menuju TEMVAT VARKIR asli ini tulisannya begini. Dan dari tempat parkir kita bisa naik ojek untuk menuju basecamp dengan biaya  Rp 25.000. Sebenernya tanpa naik ojek pun bisa, tapi jalannya cukup jauh dan bisa memakan waktu sekitar 1 jam lebih, kalau saya si selama ada ojek kenapa harus jalan hwahaha.

Sesampainya di basecamp kami membeli tiket masuk, untuk tiket masuk Gunung Sagara Rp.20.000 per oran. Disini saya bersama bapak, adik dan sepupu, kami akan ditemani oleh Kang Risman dan Kang Ali selama perjalanan. Perkiraan waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai puncak sekitar 3-4 jam perjalanan. Yuk semangat yuk

Sebelum perjalanan kita berdoa terlebih dahulu, karena satu tujuan naik gunung adalah pulang dengan selamat. Lepas berdoa, kita mulai pendakian. Let’s go..

 


Oiya, untuk perjalanan menuju puncak Gunung Sagara terdapat 2 jalur, yaitu via Tajur dan via Sagara. Hanya saja untuk via Tajur masih belum resmi dan treknya lebih terjal dan panjang. Jadi kami melakuan pendakian via Sagara. Dan satu hal yang harus diperhatikan adalah dilarang menggunakan baju dan celana hijau jika mau ke gunung ini. Mau percaya atau tidak, tugas kita adalah menghormati kebiasaan warga setempat ya.

Awal pendakian kami berjalan menyusuri pepohonan dan ladang milik warga, disini kami disuguhi pemandangan yang begitu indah.

Tidak sampai 30 menit perjalanan dari basecamp, sampailah kami di pos 1. Berhenti sebentar untuk beristirahat dan berfoto.




Ini adalah pendakian pertama untuk adikku (16 tahun) dan sepupuku (11 tahun), semoga mereka kuat yaa.. haha. Agak kasian si karena pendakian pertama tapi langsung dikasih jalur yang katanya, ehm.. lumayan. Tapi berhubung mereka yang mau jadi ya aku mah seneng aja heheh. Sekalian mau nunjukin betapa menyenangkannya naik gunung hwahahah

Setelah perjalanan dar pos 1 menuju pos 2, kita akan menemui pintu rimba. Ya, disinilah tempat terakhir pemandangan bisa dilihat, karena kita akan memasuki rimba tanpa pemandangan apapun kecuali pohon. Maa syaa Allah indah banget. Kalian harus cobain kesini gaiss.

Setelah memasuki hutan rimba, kita akan ditemani suara binatang khas hutan dan keheningan yang meneduhkan. Jalur pendakian disini juga terbilang masih alami, dan ketika itu pun hanya kami pendaki yang naik, jadi berasa gunung milik sendiri. Maa syaa Allah 

Sepanjang perjalanan dari basecamp sampai pos 2 walaupun menanjak, tapi masih bisa dilalui dengan baik. Namun dari pos 2 ke pos 3, tanjakan sudah mulai lumayan, Lalu dari pos 3 ke pos 4, tanjakan sangat amat lumayan. Wkwk. Aku sampai gak bisa megang kamera karena fokus ke jalur.



Kadang bingung ngejelasin tingkat kesulitan jalur tu gimana, pokoknya harus cobain sendiri gais wkwkw. Tapi percayalah, ini gak semudah  kelihatannya.

Disini adek aku udah mulai ngeluh terus,  ya aku ngingetin bahwa ya naik gunung itu emang capek. Dan aku orang yang percaya kalau udah lelah terus ngeluh itu cuma buang-buang energi. Jadi no ngeluh-ngeluh club, sesederhana kalau capek ya istirahat.

Tapi kadang kasian juga si, mana adek aku kaum rebahan, belajarnya juga online, ga pernah kemana-mana, pertama mendaki langsung dikasih jalur begini. Ya semoga jadi pengalaman buat adek.

Sesampainya di pos 4 kami beristirahat cukup lama, untuk sekedar minum teh makan roti dan coki-coki.

Setelah beristirahat, kami mulai kembali mendaki menuju shelter dan kemudian puncak. Disini jalur bertambah berat, ditambah mungkin terlalu lama beristirahat. Padahal sepanjang perjalanan sampai pos 4 meski berat saya tetap enjoy. Tapi untuk perjalanan dari pos 4 menuju puncak saya sangat tergopoh-gopoh dan mudah lelah.

Hujan pun mulai rintik-rintik perlahan turun, dan kami belum menemukan shelter. Nafas mulai hahehoh, udah mulai gak sabar buat nyampe shelter. Akhirnya sampai shelter untuk makan bekal.

Jujur untuk perbekalan kali ini saya salah perhitungan, karena saya menyamakan dengan pendakian tektok di Ijen bersama 2 teman saya yang kala itu tidak membawa banyak bekal. Saya pikir buat apa bawa bekal banyak, toh cuma tektok. Padahal kali ini saya membawa 3 orang laki-laki, yang ternyata dipos 4 udah mulai kelaparan.

Akhirnya 1 kotak bekal nasi dimakan untuk bertiga, dan aku alhamdulillah udah merasa kenyang dengan sepotong roti. Aku jujur merasa bersalah karena bawa perbekalan yang kurang memadai, tapi alhamdulillah masih cukup untuk mengganjal perut yang kelaparan.

 

Terima kasih untuk para bocil yang sudah berusaha

 

Terimakasih untuk bapak yang selalu menemani

Hujan masih rintik-rintik, tapi kami kembali melanjutkan perjalanan menuju puncak untuk menyelesaikan rasa penasaran. Sebenarnya kami takut dapat tembok putih, alias kabut. Tapi alhamdulillah kami mendapati pemanadangan yang begitu indah.


Ya kami telah sampai di Puncak Gunung Sagara dengan ketinggian 2132mdpl. Ternyata betul kata orang, gunung ini kecil kecil caberawit. Meski tidak terlalu tinggi, tapi tingkat keterjalannya lumayan bikin paha dan betis pedes. Alhamdulillaah.. Kami sampai dipuncak sagara sekitar jam 12 siang.

Nangkirng dipohon bgt ga tuh? Kalo pohonnya patah ya wassalam wkwk

Setelah puas menikmati keindahan Puncak Gunung dengan view Talaga Bodas, kami pun memutuskan untuk turun sekitar pukul 12.45. sesampainya di shelter hujan pun mengguyur cukup deras. Setelah hujan sedikit mereda kami melanjutkan perjalanan.

Diperjalanan hujan pun mulai deras, dan tidak ada lagi shelter selain di atas tadi. Kami pun terus melanjutkan perjalanan. Dari rumah saya hanya menyiapkan 3 jas hujan, karena awalnya tidak tahu kalau ada sepupu yang mau ikut. Akhirnya jas hujan tersebut dipakai oleh Bapak, adek dan sepupu saya. Sementara saya masih bisa pakai jaket yang bisa menahan intensitas hujan ringan.

Qadarullah hujan semakin deras, dan terus mengguyur dari shelter sampai pos 2. Badan basah kuyup, berkali-kali terpeleset dan jatuh rasanya sudah biasa. Kayak ga afdol aja gitu kalau turun gak jatoh atau kepeleset hahha. Satu-satunya yang dipikiran saya adalah saya gak bawa pakaian ganti. Wkwkw Yaa Allah. Emang ini kurang persiapan dan menyepelekan tektok dimusim hujan

Kuyup, behiaskan tanah dan berlumur dosa 

Setelah sampai basecamp, bersih bersih tanah bekas jatoh-jatohan dan yah seperti biasa kaki sakit karena lecet hwewheheh. Sepertinya harus beli lagi sepatu 1 ukuran diatas sepatu normal. Halah maak..

Tapi jujur yang paling gak kuat dari turun gunung adalah nahan sakit karena kaki lecet. Akhirnya sampai di homestay A Mugi, bersih-bersih dan pulaang. Alhamdulillaah bisa pulang dengan selamat. Dengan hasil 2 bocil merasa kapok naik gunung. Wkwk

Alhamdulillah, selesai sudah cerita perjalanan saya kali ini. Perjalanan yang mengajarkan saya untuk lebih peduli dan mau berkorban untuk kemaslahatan orang lain. Sebuah perjalanan yang saya dedikasikan untuk diri saya sendiri, agar bisa melepaskan dan mengikhlaskan takdir dan mimpi yang belum bisa diraih. Mungkin masih perlu banyak waktu untuk belajar mengikhlaskan. Tidak mengapa, biar waktu yang menjadi obat.

Sampai jumpa di thread selanjutnya, in syaa Allah mau ke Merbabu tanggal 19-20 Februari ada yang mau ikoot?

0 Comentarios