Takdirmu Takdirku

Ketika temanmu menikah, pernah kah tersbesit dalam hatimu kapankah aku akan melaluinya? Takdir yang selalu engkau tunggu, yang selalu engkau nanti.  Yang selalu engkau pertanyakan bagaimana akhirnya penantianmu selama ini. Saat engkau tetap memilih untuk tetap terjaga, saat engkau memilih untuk tetap teguh dalam prinsipmu.

Meski kadang kau merasa bahwa takdir tidak adil. Tidak adil rasanya ketika engkau tetap teguh dalam menjaga  dirimu dan engkau tetap harus menunggu lama. Sedang disekitarmu banyak orang yang telah bertahun-tahun berpacaran dan kemudian berakhir bahagia dengan menikah. Bukan ingin mereka tidak berakhir bahagia, tapi hanya saja rasanya sungguh tidak adil. Bukankah aku telah lama menahan diri?

Jujur, sulit bagiku untuk membayangkan masa depan, meski kenyataannya masa depan masih dalam ke ghaiban. Hanya saja rasanya agak sulit untuk merencanakan kehidupan kedepan. Bagaimana tidak, karena memang tidak ada yang bisa tergambar jelas saat tak ada seorangpun yang engkau harap ia menjadi sosok dimasa depanmu.  Membayangkannya begitu sulit, saat takdir terasa begitu sunyi dan sepi.

Sering ku berkaca dan bertanya dalam diri, ‘apa hanya karena engkau tidak cantik? Sehingga tak ada yang ingin menikah denganmu?’

‘Ah aku memang tidak cantik, tapi aku memiliki hati yang baik.’

Tapi berkali-kali ke insecuran itu kembali, ‘Aku tidak cantik, ilmu agamaku pun biasa saja, bukan pula gadis berpendidikan tinggi nan cerdas. Sungguh tidak punya nilai plus.’

Kadang aku bingung, apakah insecure dan sadar diri itu berbeda

Seringkali aku menyemangati diriku sendiri, tapi berkali-kali semangat itu luntur juga. Kesedihan dan kegalauan sesekali datang saat sepi menyapa. Terlebih perkataan dari orang yang sekitar yang selalu membandingkan dengan pencapaian dirinya.

‘Dulu aku umur sekian sudah menikah’

‘Dulu aku seumur kamu sudah punya anak’

‘jangan keasikan sendiri..’

‘jangan lama lama nanti keburu tua’

Wahai saudaraku, takdirmu adalah takdirmu dan takdirku adalah takdirku, takdir kita berbeda jadi berhentilah membandingkan. Bukan tidak ingin, bukan menunda apalagi menolak, hanya saja memang belum di takdirkan oleh Sang Pemilik Takdir. Aku hanya memohon agar engkau pun mendoakan, bukan hanya sekedar bertanya dan mengomentari hidup orang lain. Sungguh aku pun ingin hidup se-ideal perkataanmu.

Terkadang aku berkeluh tentang banyak hal kepada bapakku, kenapa aku begini dan begitu. Tapi bapak ku selalu bilang, ‘Sabar. Kita mungkin punya keinginan tapi Allah juga punya kehendak. Dan kehendak Allah itulah yang menjadi takdir kita. Sabar, takdir Allah pasti baik dan pasti yang terbaik.’

‘Bersabarlah, dan kuatkanlah kesabaranmu..’

Akhirnya tulisan ini aku buat untuk menyemangati diriku sendiri dan teman-teman seperjuangan. Terima kasih telah membaca.

1 Comentarios