Pendakian Gunung Pangrango 3019 mdpl - via Cibodas

 Bismillah,

Halo sahabat pembaca yang budiman, selamat datang di blog saya yang sederhana ini. Semoga kalian selalu diberi kesehatan dan kelancaran didalam segala urusan yaa. Aamiin

Kali ini saya akan bercerita mengenai perjalanan menuju gunung Pangrango pada tanggal 16-17 Juli kemarin bersama bapak saya dan juga sahabat saya munit. 

Awalnya perjalanan kali ini saya berencana untuk ke Gunung Gede via putri. Konon, perjalanan kali ini juga akan menjadi penutup sementara karena mungkin tidak akan menggunung dalam beberapa bulan ke depan, sebab jadwal perkuliahan dan akreditasi di tempat bekerja cukup padat. Yah, ngebayanginnya si pendakian kali ini cuma mau summit tipis-tipis yang ga terlalu berat, bisa sholat, baca buku dan bengong aja gitu sambil mikirn kelanjutan hidup di alun-alun surya kencana.

Tapi qadarullah karena satu dan lain hal akhirnya h-2 kami mengubah destinasi menjadi Gunung Pangrango via Cibodas. Dan lucunya lagi saya belum pernah searching mengenai perjalanan ke Gunung Pangrango. Baru liat pas mau berangkat, dan dalam hati cuma bergumam; wah ternyata berat ya, kira-kira sanggup gak ya. mana udah nyiapin mental buat yang santai-santai aja lagi. Sampe berkali-kali minta doa ke emak supaya dikuatin wkwk. Tapi emang semanjur itu doa emak tuh

Akhirnya jum’at malam sekitar pukul 22.00 WIB berangkatlah kami menuju basecamp yang telah disepakati dicibodas yakni basecamp Edelwiss. Oiya seperti biasa saya menggunakan open trip yang sudah malang melintang di dunia pegunungan yaitu tigadewaadventure (bisa dicari di instagram).

Teman satu trip kami yang lain berangkat dari cawang uki, sedangkan kami langsung dari cibubur menuju basecamp di Cibodas yang hanya membutuhkan waktu tak lebih dari 2 jam. Sesampainya di basecamp kami beristirahat dan yak qadarullah hujan mengguyur sampai jam 9 pagi. Cuaca dingin, disertai hujan yang awet sejak semalam cukup membuat saya cukup mager tapi tidak mungkin pulang lagi yhaa kan.

Akhirnya jam 9 pagi kami memutuskan untuk berangkat dari basecamp menuju pos pendakian. Sesampainya di gerbang ikonik jangan lupa foto dulu bestie.


Diperjalanan kali ini selain bersama bapak dan munit, kami bersama Ka Yuni, Ka Erlin dan 5 orang bapak-bapak TNI (tapi bukan temen bapak saya), ditemani Kang Aldi, Kang Reza dan Mamang Porter.

Sesampainya di pos simaksi, seperti biasa sebelum memulai pendakian jangan lupa berdoa. Tidak ada larangan khusus untuk pendakian kali ini, cukup jaga sopan santun saja yah sahabat. Oiya dipendakian kali ini aku sedang haid hari ke-empat, agak sedikit khawatir cuma dibanyakin dzikir aja alhamdulillah aman.

Dari Jabir Radhiyallahu anhu mengatakan: "Apabila kami melewati jalanan naik, kami membaca takbir: Allahu akbar dan apabila kami melewati turunan, kami membaca tasbih: Subhanallah. (HR Al-Bukhari Nomor 2993; Fathul Bari VI/135)

(Oiya jika kalian mau bacaan dzikir yang lainnya, bisa didownload di apk Apa Doanya, yang bisa diakses secara offline meski digunung gak ada sinyal)

Cuaca yang hujan-berhenti-hujan-berhenti membuat kami lepas-pasang jas hujan berkali-kali. Melewati berbagai macam nama pos/shelter yang cukup ikonik tapi agak bikin bingung. Dari mulai pos simaksi – Telaga biru -  Jembatan Gayonggong - Pos Panyancangan (Curug Cibereum) – Rawa Denok 1 – Rawa Denok 2 – Batu Kukus 1 – Batu Kukus 2 – Cipanas – Kandang batu –  Air terjun Panca Weuluh – Kandang Badak.


Telaga Biru

Sumber : highlandcamp(dot)co.(dot)id

Normalnya perjalanan dari pos simaksi – Kandang Badak adalah 6 jam (banyak yang lebih cepat terutama para pendaki yang tektok) tapi karena saya adalah pendaki siput jadi saya membutuhkan waktu sekitar 7 jam. 

Kontur bebatuan sepanjang trek dari pintu gerbang sampai pos Kandang Badak disebut enak oleh banyak orang, tapi tidak bagi saya (bintang 1 sangat tidak ramah). Terlebih karena saya tidak milih-milih pijakan saat berjalan jadi kaki hampir terkilir.


Suasana jalur hampir sama, jalur batu, vegetasi rapat tertutup oleh rerimbunan pohon, disertai suara gemericik air dari sungai dan air terjun selalu menemani sepanjang trek pendakian, Pendakian kali ini bisa dibilang adem ayem tentrem. Ditambah cuaca yang hujan-berhenti-hujan berhenti membuat suasana pendakian semakin syahdu.

Di jalur ini kita juga bisa menemukan beberapa pedangan dan toilet yang ada di beberapa shelter, jujur toilet ini sih yang paling amazing menurut saya. Hahahah. Cukup wajar kalau di jalur pendakian via cibodas terdapat beberapa toilet, karena memang sumber air disini sangat melimpah. Kita juga bisa melihat 2 air terjun ikonik khas jalur cibodas. Hwaa jadi kangen lagi.

 

Sumber : glampingcibodas(dot)com




Air terjun Panca Weuluh

Kami sampai di Pos Kandang Badak sekitar pukul 16.00 WIB, bersih-bersih, ganti baju, dan langsung meluncur ke toilet. Setelah dari toilet tidak lupa untuk jajan gorengan, pop mi dan air mineral. Sesaat sedang menunggu, tiba-tiba dari kejauhan saya melihat sesosok yang sepertinya saya kenal. Hiyaaak Vinii!! Kami berteriak heboh >,< haha jadi malu kalo diinget.

Sebelumnya kami memang sudah janjian, dia tektok lintas jalur dari Putri ke Cibodas, sedangkan saya ngecamp di Kandang Badak. Saya hanya bilang, nanti aku ngecamp di Kandang Badak yaa. Dan qadarullah ketemu ! padahal gak ada gadget, sinyal ataupun kabar sama sekali. Setelah itu aku jadi makin yakin kalo jodoh pasti bertamu , hiyaa! –lah lah lah- kok pembahasannya jadi kesini wkwkw.

Setelah itu saatnya kami beristirahat, entah mengapa setiap camp digunung saya cukup sulit untuk tidur meskipun sudah sangat lelah. Beberapa kali mendapati suara babi hutan mendekat membuat saya semakin tidak bisa tidur. Ditambah cuaca yang semakin dingin membuat saya ingin cepat menuju pagi, saat akhirnya ketiduran pun mimpinya pulang dari gunung malah covid wkwk (Qadarullah benar kejadian tapi bukan pas banget turun gunung) hahha ada-ada aja emang.

Akhirnya pagi pun tiba, kami tidak terburu-buru untuk summit kali ini karena tidak ada view yang dikejar. Sekitar pukul 7.00 WIB kami berangkat untuk summit. Kyaaa Semangaaat!!! Waktu yang dibutuhkan untuk menuju Puncak Pangrango sekitar 3 jam perjalanan. Bismillah~

Cita-cita jadi brand Ambassador Eiger 

Jalur dari Kandang Badak menuju Puncak Pangrango di 30 menit pertama masih landai, meski banyak halang rintang seperti pohon tumbang. Setelah itu jalur cukup bervariasi, dari mulai akar pohon, jalur air, sampai terowongan pun ada. Jujur menurut saya (eh bukan cuma menurut saya aja) memang jalur ini cukup rumit.


Masih landai di 30 menit pertama


Sudah mulai mikir cara naiknya gimana

Tapi ya.. begitulah, namanya juga naik gunung. Setiap gunung itu punya keunikannya masing-masing yang ga bisa kita remehkan. Yang penting tetap berdoa semoga selamat sampai pulang ke rumah.

Kira-kira belum ada ½  jalan, Eh tiba-tiba munit bilang dia mual, dan gak lama dia ngeluh kayak mau pingsan. Kita semua panik dong. Akhirnya duduk diam cukup lama sambil nyemil dan memutuskan apakah akan lanjut ke atas atau turun ke bawah. Karena perjalanan masih sangat  jauh, dan kalau memaksakan akan sulit juga kalau tiba-tiba dijalan terjadi sesuatu dan makin jauh kebawah.

Saya berusaha membujuk munit supaya turun dan tidak memaksakan diri, tapi munit sepertinya masih ingin bertahan dan melanjutkan. Jujur didalam kondisi seperti ini udah ga kepikiran lagi mau ke puncak, yang penting adalah gimana caranya supaya kita bisa sama-sama sehat dan selamat. Tapi ya sekali lagi munit meyakinkan dirinya  agar dia tetap melanjutkan perjalanan summit ini. Bismillah~ intinya kalau merasa capek, lelah dan nggak kuat jangan sungkan untuk bilang ke teman seperjalanan, karena tujuan kita bukan puncak melainkan pulang dengan selamat.

Satu demi satu halang rintang terlewati, sampai saya cukup tidak sabar dan selalu bertanya, Mang masih lama? Mang berapa menit lagi? Sampai akhirnya di satu tanjakan terakhir yang cukup sulit dan Alhamdulillah setelah itu jalur mendatar dan kyaa bertemu dengan Tugu Puncak Pangrango. Alhamdulillaah!!!

Dari sini kita bisa melihat pemandangan gunung gede yang indah, maa syaa Allah.

Setelah puas berfoto kami menuju lembah Mandalawangi. Mandalawangi ini seperti alun-alun surya kencana hanya saja lebih kecil, terdapat banyak hamparan bunga edelweis yang bisa kita nikmati namun tentu saja tidak boleh di petik. Ada pula mata air yang begitu segar. Maa Syaa Allah,

Setelah puas berfoto kami pun turun sekitar pukul 11.30 WIB, perjalanan dari puncak menuju kandang badak (ataupun sebaliknya) memiliki beberapa percabangan jalur yang jaraknya cukup jauh. Sehingga cukup membingungkan ketika harus memilih jalan, namun sama saja sebenarnya. Kita bisa melihat tanda-tanda dari plastik bendera yang diikat di setiap ada percabangan jalur. Tapi kalau sendirian ya agak takut juga ya, hehe karena jalur menuju puncak pangrango tidak seramai seperti jalur menuju puncak gede.

Kami (sempat selisipan jalan dengan mba Erlin karena salah memilih jalur, sedangkan mba Erlin menunggu di jalur yang sama seperti kami naik tadi. Untung ada pendaki yang memberi tahu kami kalau teman kami sedang menunggu di atas. Akhirnya aku, munit, dan mba yuni menunggu di jalur, dan Mang Porter menjemput mba erlin dengan balik lagi ke atas. Setelah bertemu dengan mba Erlin akhirnya kami bersama menuju Camp di Kandang Badak dan turun kembali ke basecamp sekitar jam 14.30

Perasaan saya, kami sudah berjalan secepat mungkin dengan menyedikitkan istirahat (meskipun ternyata tetap lambat haha), dan perkiraan akan sampai ketika maghrib. Namun qadarullah ketika maghrib kami baru sampai di Telaga Biru. Walaupun sudah akan sampai, tapi jarak tempuh masih 2,8 Km lagi menuju gerbang. Jalur semakin gelap, meski dengan bantuan head lamp, jalan harus terus menunduk untuk melihat jalanan batu yang dipijak, saya beberapa kali terpeleset dan salah pijakan.

Akhirnya saya pun melambatkan langkah kaki agar lebih berhati-hati saat berjalan, dan saya pun tertinggal cukup jauh oleh munit sampai ia tak terlihat lagi. Alhamdulillah ada mamang porter yang selalu ada disamping saya. Kami berjalan paling belakang. Berkali-kali meminta maaf karena saya berjalan lambat, tapi ya mamang porter selalu menenangkan dan berkata gapapa yang penting selamat.  Jangan tanyak bapak saya dimana, karena seperti biasa dia sudah turun duluan haha

Di perjalanan kali ini saya baru pertama kali melihat kunang-kunang. saya pikir itu adalah cahaya headlamp orang lain atau mata binantang, ternyata itu adalah kunang-kunang. Maa syaa Allah sangat indah.

Akhirnya perlahan kami menyusul munit, dan bersama rombongan lainnya. Saat itu ritme perjalanan tidak terlalu cepat, dan tidak ada yang saling mendahului. Karena mungkin semua juga sudah lelah. Jadi kami berjalan beriringan bersama-sama dengan rombongan lain. Alhamdulillah sekitar pukul 18:45 kami sampai di pos simaksi dan harus menerima kenyataan bahwa masih harus jalan lagi menuju basecamp.

Alhamdulillah meskipun dalam kondisi haid, pendakian kali ini Allah berikan kemudahan, kelancaran, kesehatan dan keselamatan untuk kami semua. Alhamdulillaahiladzi bi ni’matihi tatimusshalihaat.

Cukup sekian cerita perjalanan saya kali ini, jujur saya masih penasaran akan rasanya berdiam diri di Alun-alun surya kencana. Semoga dalam waktu dekat ini bisa segera ke Gunung Gede via Putri untuk bisa merealisasikannya. Aamiin

Untuk rencana pendakian selanjutnya, jujur saya ingin menyelesaikan tripel S (Sumbing, Sindoro, Slamet), Lawu, Rinjani, Kerinci, dan Raung jika mampu. Adapun kapan waktunya saya juga tidak tahu, haha. In syaa Allah mau fokus kuliah dulu untuk satu tahun kedepan, semoga Allah beri kemudahan untuk tetap bisa menggunung dan menuju puncak pelaminan. Aamiin 

Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk tulisanku yang sederhana ini, sampai bertemu di cerita selanjutnya yaa

0 Comentarios