Megazone

Tentang perjalanan, perasaan, dan kehidupan

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh

Selamat hari kartini untuk seluruh perempuan di Indonesia 😚😚😚
Yap
Siapa itu Ibu Kartini? Ibu Kartini adalah seorang perempuan yang luar biasa, yang memberi pengaruh besar di Indonesia khususnya bagi kaum perempuan.

Tentunya saya gak perlu menceritakan panjang lebar mengenai sejarah hidup Ibu Kartini, saya yakin kalian pasti juga sudah tahu. Saya hanya bisa bersyukur karena saya lahir di zaman setelah beliau lahir. Karenanya saya bisa bebas bersekolah, kuliah, dan bekerja.

Tapi, bukan itu yang ingin saya utarakan di tulisan saya. Saya tidak ingin menulis mengenai kehebatan yang bisa di lakukan perempuan di zaman ini. Saya juga tidak ingin mengeluh-eluh kan perjuangan kaum feminis untuk kesetaraan gender. Karena sejatinya perempuan dan laki – laki itu memang berbeda.

Saya bukan tidak menghargai para perempuan yang memperjuangkan emansipasi wanita seperti Raden Ajeng Kartini, Dewi Sartika, dan para perempuan hebat lainnya. Hanya saja, saya khawatir.
Emansipasi sekarang ini sudah terlalu berbeda.

Setidaknya menurut saya (atau mungkin saya salah), emansipasi yang diperjuangkan oleh para pendahulu adalah kebebasan untuk meraih pendidikan, agar para perempuan mendapatkan hak yang sama dengan laki laki dalam pendidikan, dan tidak terjebak dalam kebodohan. Karena para perempuan yang cerdas akan melahirkan generasi yang cerdas pula, dan karena perempuan adalah pembangun peradaban.

Tapi lihatlah kini. Emansipasi yang kini digadang – gadang adalah perempuan dapat menyaingi laki – laki dalam segala hal. Terlebih dalam segi profesi. Kini satpam tak melulu laki – laki, kini perempuan pun bisa menjadi pemimpin, dan kini bang g*jek pun tak harus laki – laki.

Teringat ketika beberapa minggu yang lalu ketika saya sedang perjalanan pulang dari tempat saya bekerja. Saya melihat seorang ibu sedang mengendarai motor, mungkin usianya diatas 40 tahun dan dia adalah seorang driver ojek online. Hati saya begitu terenyuh, perih sekali rasanya. Hal apakah yang membuat seorang ibu – ibu berusia paruh baya harus menjadi seorang tukang ojek. (Semoga Allah memudahkan urusannya)

Sejujurnya di tempat saya bekerja pun, (atau tenaga kesehatan secara umum) populasi perempuan sangatlah mendominasi. Sedangan kaum lelaki hanya menjadi kaum minoritas.

Kini semua mata bisa melihat, ada perempuan dimana – mana. Mereka bekerja membanting – banting tulang dari pagi buta hingga sore, pun ada yang bekerja hingga larut malam. Semua mata pu melihat para perempuan berdesakan, baik di bus kota maupun di jalan raya. Mereka bertarung dengan kerasnya kehidupan kota, yang sangat riskan bagi kelembutan dihatinya.

Lihatlah anak – anak yang kehilangan ibu-ibu mereka, ibu yang berpendidikan tinggi pun harus merelakan anaknya untuk di didik oleh orang lain. (yang mungkin pendidikannya lebih rendah darinya)
Lihatlah anak remaja yang haus akan kasih sayang, mereka berkeliaran tanpa pengawasan. Kemanakan perginya orang tua mereka (?)

Bukankah menjadi sangat wajar, jika tingkah laku seorang anak kian kemari sangat memprihatinkan.

Pada akhirnya, semua mungkin berasal dari banyaknya perempuan yang memutuskan untuk pergi dari rumahnya, dengan alasan membantu mencari tambahan. Pertanyaannya, siapakah yang lebih wajib mencari nafkah?
Adakah para perempuan lupa tentang kewajibannya sendiri?
Dan, apakah para perempuan lupa siapakah yang memberinya rezeki?
Pekerjaannya, ataukah Tuhannya?

Pada akhirnya, kebanyakan perempuan memutuskan untuk pergi dari rumahnya.

Entah mengapa,
Zaman ini, kebanyakan orang menganggap rendah perempuan yang tetap dirumah dan mengurus anak-anaknya.  Mereka lebih mengapresiasi perempuan yang lelah bekerja diluar rumah dan menganggap remeh perempuan yang lelah mengurus rumah tangga.

Padahal menurut saya tidak demikian. Jika saya sedang liburan, atau jika ibu saya sedang tidak di rumah. Saya melakukan apa yang beliau lakukan dan rasanya sangat melelahkan. Dan saya tahu, menjadi ibu rumah tangga adalah profesi  yang sangatlah luar biasa. Terlebih, sebagai seorang anak pun saya merasakan kasih sayang yang sangat melimpah.

Hanya karena para ibu di rumah tidak menghasilkan uang, seringkali mereka di anggap remeh. Mengapa bisa demikian?
Mungkin karena kebanyakan orang masih menilai, bahwa rezeki itu dari pekerjaan dan rezeki itu berupa uang.

Lalu bagaimana seharusnya saya dan Anda harus bersikap? Entahlah, saya pun masih mencari jawabannya.

Meski paham saya bertolak belakang dengan kaum feminis, tapi saya akui saya adalah seorang gadis biasa dan saya adalah seorang pekerja. Berhimpitan dengan hiruk pikuk ibukota adalah alasan klasik demi mengamakan ilmu dan menyenangkan hati kedua orang tua saya.

Adapun dari dalam hati kecil saya, saya hanya ingin menjadi hamba yang patuh pada RabbNya, dan anak yang berbakti kepada orang tua. Semoga Allah memberikan saya jalan yang lebih baik dari pada ini. Aamiin

Sekian~

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh
Setelah membahas mengenai pakaian dan riasan wajah. Masih ada beberapa pembahasan selanjutnya nih.

Pembahasan ke-tiga yaitu mengenai sepatu.
Source : pixabay.com

Sebenarnya ini lebih cocok masuk dalam pembahasan pakaian, namun karena pembahasan tersebut sudah terlalu panjang jadi saya pisah. Memangnya ada apa dengan sepatu?

Mayoritas wisudawati akan menggunakan sepatu high heels atau wedges. Memang mungkin tidak ada batasan mengenai tinggi hak sepatu. Tapi saran saja agar tidak menggunakan sepatu yang terlalu tinggi, maksimal 7 cm. Karena jika terlalu tinggi akan membahayakan diri kita sendiri ketika menuruni tangga setelah pengukuhan.

Bagus kalau nggak papa, tapi kalau keserimpet minimal ya terkilir itu kaki. Jadi ya.. jangan tinggi-tinggi ya kalau beli. Apalagi buat kamu yang gak suka pake high heels atau wedges, pastiin kalau itu bakal kamu pake lagi. Jangan beli tapi dipakenya buat wisuda doang :D (Pengalaman)
Nanti tu sepatu keburu lapuk dimakan usia, kayak cinta kita~ *heleeh

Lanjut,
Ke-empat mengenai pendamping wisuda. *eaeaea

Karena undangannya hanya untuk dua orang, jadi kalian cukup membawa kedua orang tua kalian saja. Gak perlu ngajak kakek nenek, paman bibi, adek kakak, apalagi tetangga. Karena kasian guys, mereka gak akan boleh masuk dan ujung-ujungnya mereka hanya nunggu di parkiran. Wisuda itu lama loh, apalagi kalau wisudawan/wisudawati nya banyak. Yang di dalem gedung aja lelah nunggunya.

Oya ada satu hal yang saya perhatikan nih, karena wisuda adalah momentum bahagia seluruh mahasiswa. Terkadang mereka terlalu serius dengan teman-temannya dan lupa dengan orang tuanya. Selalu ada saja wisudawan/wisudawati yang asik berfoto ria dengan teman-temannya, dan membiarkan orang tuanya menunggu lama~ sekali.

Kalau menurut saya sih, tidak tepat jika ketika wisuda kita berfokus kepada teman. Memang sih mungkin itu salah satu momen bahagia, sekaligus  bisa jadi perjumpaan terakhir bersama teman.

Tapi ya bayangin aja yang nyekolahin siapa yang ngasih jajan siapa. Pas udah wisuda eh dia malah asyik ama temennya sendiri. Bukannya banyak sujud syukur dan terima kasih ama orang tua karena udah di sekolahin.

Jadi inget guys, nant kalau wisuda jangan biarin orang tua kita nunggu lama setelah acara wisuda selesai. Kasihan mereka, peka dikit lah jadi anak. Jangan lupa banyak-banyak terima kasih sama mereka.

Yang terakhir adalah megenai foto wisuda serta merchandisenya
Yang namanya foto wisuda resmi dari EO yang kerja sama dengan pihak kampus, itu pasti ngantriiiiiii banget. Solusinya kalau gak mau ngantri ya foto di luar gedung, atau foto studio ditempat lain.

Kalau kalian punya kamera, bisa juga pakai kamera sendiri, lebih irit dan gak ribet. Tapi jangan lupa tag-in orang buat motoin kamu dan orang kesayangan kamu. Hoho

Kalau soal merchandise, biasanya sih pihak EO nawarin paket-an gitu bareng sama sesi foto. Ada yang foto doang, ada yang plus video wisuda, ada juga plus semacam piala (apalah itu namanya), bahkan paket yang paling lengkap ada plus payungnya juga lho.

Nah kalau ada pilihan kayak gitu, kalian mau milih paket yang mana guys? saran saya sih, ya.. pilih sesuai kebutuhan aja. Kalau emang sekiranya gak butuh, ya gak usah. Jangan terlalu konsumtif ah jadi orang, gak baik tau^^

Okeh,
Cukup sekian ulasan mengenai serba serbi wisuda ala muslimah.
Mohon maaf jika ada yang tersinggung dengan apa yang saya tuliskan.


Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh
Setelah membahas lengkap mengenai pakaian, maka bahasan yang kedua adalah riasan wajah (make up).

Source : vemale.com

Wisudawati memang disarankan untuk ber-make up agar tidak terlihat pucat atau kusam ketika difoto. Minimal pakai bedak dan lip stick. Namun untuk kalian yang tidak ingin menggunakan make up, tidak masalah kok. Dan untuk kalian yang ingin menggunakan make up, baik make up sendiri atau menyewa jasa MUA,  silahkan.
Yang penting dandannya jangan berlebihan.

Kalau saya sih sebenarnya menyarankan, kalau bisa make up sendiri ya mending make up sendiri aja. Biar lebih sederhana dan terlihat lebih natural. Lagi pula kita ga perlu kan make up sampe bikin pangling, emang mau dilihat siapa sih? *eaa

Kalau saya pribadi, karena disuruh ibu saya dandan dan saya gak bisa dandan, jadi weh terpaksa minta dandanin sama bibi tukang MUA. Meskipun harus berkali-kali protes seperti; bedaknya ketebelan lah, kok dipakein alis lah, gak mau dipakein ini, gak mau dipakein itu. Sampe sampe bibi vera nya bilang “Mega, protes mulu. Lama lama lu gua pakein yang buat penganten juga nih.” *logat betawi
Hehe, yah untung aja MUA nya sodara sendiri, kalau bukan bisa digorok kali saya.

Ya guys, selain penggunaan pakaian yang menutup aurat, jilbab yang tidak membentuk punuk onta, penggunakan riasan wajah juga  harus di perhatikan.

Yang paling saya wanti-wanti adalah jangan sampai menggunakan bulu mata palsu. Karena hukum menggunakan bulu mata palsu itu sama dengan hukum menyambung rambut.

Tau hadistnya? Kalau belum, cari sendiri ya~

Terus cara nolaknya gimana kalau mau dipakein sama mbak2 MUA? Ya, kalau takut tersinggung jika menggunakan dalil, kan bisa cari alesan sendiri. Seperti “Ga enak ah, ga biasa.” “Gak mau ah, berat.”  atau jawaban yang bikin MUA males maksa lagi adalah “Gak ah, gak mau aja”. Haha itu adalah jawaban yang bikin orang kesel.

Itu aja sih yang penting untuk riasan wajah saat wisuda, gak dandan berlebihan dan gak menggunakan bulu mata palsu. Karena sebenarnya, Asy-Syaikh Ibnu Bag Rahimahullah berkata :
“Boleh seseorang mempercantik diri dengan celak pada dua matanya (eyeshadow, eyeliner dan semacamnya), saat ia bersama para wanita, suaminya, dan mahramnya. Adapun saat ada lelaki asing, maka ia tidak boleh membuka wajahnya dan kedua matanya yang dihiasi celak tersebut” Al Fatwa 10/58

Tapi karena saya belum bisa mempraktikannya, jadi saya hanya memberitahu yang saya lakukan dan fatwa yang sebenarnya. Karena Allah membenci seseorang yang mengatakan apa yang tidak ia lakukan. Jadi jika kalian ingin menggunakan make up silahkan, dam jika tidak ingin menggunakan make up tentu akan lebih baik lagi.


Okeh, itu saja mengenai pembahasan mengenai riasan wajah. Masih ada pembahasan selanjutnya tentang serba serbi wisuda kok. Nantikan besok ya^^
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh.
Hallo sahabat, yang kebetulan mampir atau memang sengaja mampir di blog saya hehe. Terima kasih sebelumnya karena sudah berkunjung *salaman*

Well, langsung aja ke topik pembahasan saya kali ini mengenai serba serbi wisuda. Kenapa wisuda? Karena saya sudah pernah mengalaminya (walaupun baru sekali sih hehe). Dan kenapa harus ada muslimahnya? Ya, karena saya perempuan. Jadi tulisan ini cocok dibaca untuk para perempuan muslim yang mau dan akan di wisuda.

Wisuda, adalah sebuah momen yang paling ditunggu – tunggu oleh semua mahasiswa. Ya,, mungkin bisa dibilang begitu. Lagipula, kira – kira ada nggak ya mahasiswa yang gak mau di wisuda(?) Hmm..

Source : ramadhanlmzero.blogspot.com

Oya, kalau saya perhatiin, banyak banget orang yang suka masang status; wisuda 2018, wisuda 2020, dst.. Sehingga seakan – akan (menurut saya) hal tersebut menjadikan wisuda sebagai tujuan. Memang hal tersebut tidak sepenuhnya salah, namun pesan saya

“Lakukan saja yang terbaik selagi menjadi mahasiswa, hadapi saja apa yang di depan mata, dan nikmati saat-saat menjadi mahasiswa. Kalau sudah waktunya, kita juga akan di wisuda kok.”

Ya.. wisuda itu memang masalah waktu dan juga usaha sih pastinya. Jadi kalau sekiranya wisuda masih lama, ya sabar aja. Gak usah ditungguin. Nanti juga dateng sendiri kok, kaya jodoh aja gitu~ *eaa

Oke sip, lanjut dengan persiapan untuk wisuda buat muslimah nih. Khusus muslimah ya, jadi untuk yang cowok mohon maaf tak ada tempat untukmu.
So, persiapan apa sih yang di siapin buat yang mau wisuda (?)

Pertama, Pakaian.
Karena kita para ciwi-ciwi wajib menggunakan kebaya, jadi jangan lupa untuk menggunakan kebaya. Kebayanya gak mesti beli, kayaknya sewa juga bisa deh. Kalau kalian mau beli atau bikin, pastikan kalau itu memang akan dipakai lagi untuk kondangan atau wisuda selanjutnya dalam waktu dekat. Karena sayang kalau udah beli/bikin, tapi ternyata cuma dipake sekali aja. (pengalaman) hehe

Tips memilih kebaya juga harus diperhatikan nih. Kebaya untuk wisuda itu gak perlu motif yang cantik-cantik amat dan harga yang terlalu mahal. Soalnya percuma, bakal ketutupan juga sama toga. Jadi ya simpel aja, yang penting nutupin aurat.

Inget ya nutupin AURAT ! Terlebih tangan dan kaki. Karena pada waktu wisuda, ada seorang fulanah berjilbab, tapi bagian depan roknya itu terangkat sampai setengah betis, Saya tidak mengerti apakah memang modelnya demikian atau dia lupa berkaca mengenai roknya yang ‘ketinggian’. Tapi inget guys, seperti apapun modelnya, aurat tetaplah aurat. Dijaga baik-baik ya..

Setelah memilih dan menggunakan kebaya, masih ada jilbab nih yang masuk kategori pakaian. Mungkin untuk kalian yang sedikit lagi mau wisuda udah mulai kepikiran, “nanti wisuda jilbabnya mau di gimanain ya?” hehe, betul nggak?

Kalau masalah jilbab sih, ya itu mah teserah kalian aja sih, yang penting syaratnya dua. Pertama kita harus nyaman, kedua gak ngebentuk punuk onta.

Yup. Kalian pasti pernah liat kan seorang hijaber yang benjolan kuncirannya sangat besar sampai terlihat seperti punuk onta?
Nah, kalau bisa kalian jangan seperti itu ya guys. Selain dilarang, pakai benjolan yang sebesar itu juga kayanya gak akan bikin kamu nyaman, dan yang pasti nyusahin pas mau pake topi toga.

Dan terakhir dalam kategori pakaian adalah, kaos kaki. Yup, jangan lupa kalau kaki itu adalah aurat. So, buat kamu muslimah wajib hukumnya pakai kaos kaki.

Cuma sampai segitu? Enggak kok, masih ada kategori yang lainnya.

Tunggu tulisan saya yang selanjutnya besok ya^^
Jangan heran apabila banyak orang non muslim begitu membenci orang-orang muslim. Kata-kata kotor, celaan, makian dan cacian itu, sudah jangan diambil pusing. Jangan merugikan diri karena bersedih atas ucapan mereka. Allah Rabb semesta alam saja tak lepas dari ucapan-ucapan kotor hamba-Nya. Yang memakan rezeki-Nya, yang tinggal di bumi-Nya. Apalagi kita yang hanya makhluk Nya.
Memang sudah sunnatullahnya begitu.

Dalam Qur’an Surah Al Baqarah ayat 120
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka........”

Kenapa mereka membenci orang-orang muslim?
Dari ceramah ustadz dr Zakir Naik, beliau bilang. “Karena hanya kitab suci orang muslim saja (Al Qur’an), yang menyinggung mengenai agama mereka.”

Dalam surah yang sering kita baca sehari-hari saja, yaitu surah Al Fatihah. Di ayat ke-6 dan ke-7. Yang memiliki arti:
Tunjukilah kami jalan yang lurus (6) Yaitu jalan yang engkau beri nikmat kepadanya; bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang tersesat (7)

Siapa disini yang dimaksud dimurkai dan sesat? Mereka yang dimurkai adalah orang-orang yahudi, dan mereka yang tersesat adalah orang-orang nasrani.
Kenapa Allah berikan mereka sebutan demikian? Mungkin Anda bisa melihat ceramah dr Zakir Naik via Youtube agar lebih lengkap dan detail.

Lalu bagaimana sikap kita seharusnya menghadapi kebencian yang betebaran di media sosial? Langkahnya mudah, jangan terlalu sering membuka media sosial dan jangan mengikuti akun-akun penebar kebencian ataupun melihat postingan-postingannya.

Kalau udah terlanjur liat dan sakit hati gimana? Ya.. kalau saya pribadi sih kalau udah sakit hati dan kesel langsung aja Report as spam dan block. Kelar deh urusan~

Tapi itu sih style saya, hehe. Kalian gak mesti harus gitu juga ya, se nyamannya aja. Kalau khawatir ada teman kita yang tidak satu keyakinan tersinggung, ya cukuplah no komen saja. Tapi yang harus kita ketahui, sebaik apapun kita mustahil semua orang akan suka sama kita. Jadi ya.. sewajarnya saja.

Okeh, cukup sekian sesi tanya jawab dan tukar pikiran antar teman. Mohon maaf apabila ada yang tersinggung dengan tulisan saya karena mengandung unsur SARA. Semoga tidak ada yang sakit hati dengan tulisan saya.


Wassalamu’alaikum warahmatullah wabaraaatuh
Karena saya bukan ahli dalam perkara tersebut, maka saya meminta waktu untuk bertanya kepada yang lebih paham. Akhirnya saya bertanya kepada ustadz pengajar saya, dan mari kita bersama-sama menyatukan persepsi.

Jika pertanyaannya adalah apakah kita harus taat pada perintah Allah (seperti perkara memilih pemimpin muslim)? Maka jawabannya YA karena memang sudah seharusnya kita patuh dan taat pada perintah Allah. Sami’na wa atho’na (Kami dengar dan kami taat).

Sebenarnya ungkapan sami’na wa atho’na sudah cukup untuk apa-apa yang kita hadapi. Namun, mungkin sebagian orang merasa tidak puas jika hanya dengan satu perintah itu.

Dan jika kita kita merasa dilema terhadap pendapat orang-orang non muslim, karena kesannya muslim itu rasis. Maka jawaban dari ustadz saya adalah, kita tidak perlu takut di bilang rasis. Islam menjadi mundur karena pemeluknya menjauhkan diri dari syariat islam. Jangan khawatir di bilang ekstrimis, kolot, cupu, dll. Adapun pendapat orang-orang non muslim yang mengesankan muslim itu rasis dan tidak toleran adalah peran kuat media.

Sebagian besar media dikuasai orang-orang non muslim, dan jelas mereka memusuhi islam. Banyak opini opini yang mengesankan muslim itu rasis, padahal sebenarnya kita hanya menjalankan apa yang disyariatkan. Bahkan tak jarang yang merasa dirinya seorang muslim pun termakan oleh opini tersebut.

Teman saya pun membenarkan hal tersebut. Mungkin ia salah karena terlalu sering membuka media sosial. Karena disanalah ia sering melihat kebencian orang non muslim kepada muslim. Sejujurnya ia merasa sakit hati dan bertanya-tanya, kok bisa mereka segitu bencinya sama islam? Apa karena demo atau doa bersama yang sampe turun ke jalan itu salah? Apa memprioritaskan perintah Rabb itu salah?


Ia berpikir, bahwa kita hidup di tempat yang kultur dan agamanya beragam jadi kita harus toleransi. Tapi ia pun tidak tahu harus seberapa toleransinya lagi agar mereka tidak fobia islam.

Apa ada dari kalian yang merasa seperti yang dirasakan teman saya?
Tunggu lanjutannya besok ya..


Suatu malam, ada salah seorang teman saya mengirim sebuah pesan kepada saya. Dia ingin mengajak bertukar pikiran, atau lebih tepatnya curhat tentang apa yang mengganggu pikirannya beberapa hari belakangan.

Tentang masalah politik dan agama yang kini menjadi sorotan terbesar di republik ini. Ia khawatir takut salah persepsi dalam memandang kasus ini. Karena menurutnya, sebagai seorang muslim kita tidak boleh memaksakan aturan islam. Bukannya ia tidak mendukung pemimpin muslim, ia pun tahu jika kita harus memilih pemimpin muslim. Namun yang membuat ia dilema adalah pendapat orang-orang muslim yang memandang muslim itu jadi terkesan rasis.

Lalu apa yang harus ia lakukan? Apakah ia harus membela islam, dan tetap menjalankan pertintah Allah?

Tapi jika melihat islam dijelek-jelekan seperti itu ia juga tidak terima. Apakah cara berpikirnya salah? Apakah pikirannya terlalu global (plural)?

Jika Anda memiliki seorang teman yang bertanya seperti itu, maka apa yang harus Anda jawab?


Kaget dan bingung. Hanya itu yang terbetik di hati saya ketika membaca pesan yang sepertinya sudah bergumul di dalam hatinya sejak lama.

(Dilanjut besok ya..^^)

Problematika kehidupan seolah tak ada habisnya, layaknya malam yang berganti menjadi siang, kemudian menjadi malam kembali, dan seterusnya. Seperti itu juga problematika yang seringkali menghampiri negeri ini. Kasus kejahatan seolah tak pernah berhenti menghiasi layar pemberitaan.

Salah satu problematika yang kini tengah memanas adalah persoalan kasus si bapak anu. karena situasinya sudah memanas, jadi ya.. saya tidak akan memanas – manasi lagi. Saya hanya mencoba melihat dari sudut pandang yang berbeda, dan mungkin tidak semua akan setuju dengan cara pandang saya.

Saat mendengar berita mengenai si bapak anu di vonis bersalah dan dijatuhi hukuman penjara, sejujurnya saya merasa biasa saja. Merasa sedkit lega, namun ya.. biasa saja.

Dari layar tv kita bisa melihat, yang pro dengan si bapak menangis tersedu-sedu, bahkan sampai ada yang pingsan, dan yang kontra dengan si bapak bersenang hati dan menyabutnya dengan bersujud syukur.

Setelah kejadian tersebut, di media sosial banyak sekali bertebarang berbagai ungkapan, baik ungkapan suka cita maupun ungkapan kekecewaan. Bagi para pendukung, mereka mengatakan bahwa hukum di indonesia sudah mati, dan vonis terlalu dipaksakan. Bagi para penuntut, mereka merasa puas karena keadalian sudah ditegakkan.

Hal ini mengingatkan saya kepada sidang kopi sianida yang hits di tahun 2016. Pada akhir keputusan, dimana terdakwa dihukum 20 tahun penjara, disana pengacara terdakwa mengatakan “saya merasa kecewa, karena keadilan di Indonesia sudah mati”. Sementara untuk pihak keluarga korban sendiri, mereka merasa puas bahkan kalau bisa dihukum yang seberat-beratnya (mungkin maksudnya seumur hidup atau dihukum mati).

Mungkin di kasus persidangan lainnya pun seperti itu. Apabila ada pihak yang merasa bahwa dia tidak mendapat yang diharapkan, maka dia mengatakan bahwa ini tidak adil.

Dari kasus tersebut, kita bisa memahami bahwa setiap orang memiliki nilai keadilan menurut dirinya masing-masing. Kendati pun orang tersebut mengakui bahwa negara ini megara hukum, dan menyerahkannya kepada badan hukum agar di adili se adil-adilnya. Tapi pada akhirnya, mereka sebenarnya masih menginginkan keadilan yang mereka inginkan. Keadilan menurut mereka sendiri.

Lalu bagaimana kita menyikapinya? Ya.. biarkan saja. Mungkin tidak semua setuju dengan pendapat saya. Tapi dengan berjalannya waktu permasalahan itu akan terurai dengan sendirinya. Toh permasalahan itu tidak akan selesai kan hanya dengan kita mengomentarinya kan.


Kadang mungkin kita merasa geregetan bahkan sakit hati. Tapi mungkin memang sudah sunnatullah nya begitu Tidak perlu mengambil pusing omongan pembenci, karena omongan apapun yang keluar dari mulut pembenci tidak akan pernah terdengar enak. Cukup perhatikan apa yang terjadi, ambil hikmahnya, dan doakan saja.
Setiap orang yang terlahir di dunia, ia pasti didampingi oleh dua malaikat di sebelahnya. Yang setia menjaganya, memperhatikannya, serta melindunginyya. Namun seiring berjalannya waktu, selalu ada saja orang yang ditinggalkan oleh salah satu atau kedua malaikatnya.

Siapakah malaikat kasat mata?
Malakat kasat mata adalah kedua orang tua..

Ya, merekalah malaikat yang kasat mata. Wujud mereka memang nampak seperti manusia biasa, mereka juga tak bersayap, dan seluruh badannya pun tak diliputi cahaya. Tapi percayalah, merekalah malaikatmu. Tak ada satupun orang di dunia yang menyayangi mu melebihi kasih saya mereka kepadamu. Dan jika kau pergi dari ujung timur ke ujung barat pun, niscaya kau tak akan menemukan seorangpun seperti mereka.

Sungguh disayangkan, jika setiap hari dalam aktivitasnya orang tua kita selalu mengingat kita. Tapi kita sebagai anak, seberapa sering memikirkan orang tua kita dalam hari-hari kita. Atau bahkan mungkin orang lain lah yang lebih sering menempati ruang di hati kita. Baik itu teman atau bahkan yang lebih dari teman. Sungguh sebuah ironi.

Sewaktu saya kecil, saya pernah bertanya lucu kepada ayah saya, tentang apakah nenek (ibunya) menyayanginya?

Ayah saya hanya tertawa, ia berkata bahwa kasih sayang itu seperti air, air selalu mengalir ke tempat yang lebih rendah. Ada anak sayang anak, ada cucu semakin sayang, terus kebawah. Tapi begitu juga sebaliknya, air tidak pernah mengalir keatas.

Ya, tidak ada orang tua yang tidak sayang kepada anaknya. Dalam sebuah buku dikatakan, bahwa tidak pantas seorang anak mengatakan bahwa ia tidak pernah merasakan kasih sayang dari ibunya. Sedangkan ibunya telah mengandungnya selama 9 bulan, dan melahirkannya.

Begitu juga anak, tidak ada seorang anak yang tidak menyayangi orang tuanya. Sayangnya, mungkin banyak anak yang lupa tentang kasih sayang kedua orang tuanya. Tak jarang, penyesalah itu selalu datang terlambat.

Maka dari itu, jika kita masih memiliki kedua orang tua, buatlah mereka bahagia. Ya, buatlah mereka bahagia sebagaimana kita membuatnya menangis. Turutilah keinginannya selagi kita mampu. Karena orang tua adalah surga dan nereka kita.

Sebuah pesan dari seorang ustadz yang juga menghujam di hati saya
Rasulullah salallahu alaihi wa sallam bersabda : Barang siapa yang menjumpai kedua ibu bapaknya, atau salah satu dari keduanya, lalu ia tidak masuk surga. Maka ia adalah orang yang jauh dari rahmat Allah.
Bagaimana mungkin, pintu surga terbuka dihadapannya dan ia tidak masuk?
Ya, orang tua adalah surga dan neraka kita. Jika ingin surga? taat, hormati, jangan menghina, jangan melawan. Jika ingin neraka? Lawan, PILIHAN ADA DI TANGAN SENDIRI.


Semoga kita selalu berada di dalam rahmat Allah subhanahu wa ta’ala, menjadi hamba yang taat kepada Rabbnya, dan berbakti kepada kedua orangtua. Aamiin
Meski telah vakum dari agensi, saya masih sesekali menulis sajak - sajak yang lirih nan pedih. Karena memang itu kebiasaan dan kebisaan saya, haha. Namun sebuah pesan dari seorang ustadz tiba-tiba menyadarkan saya. Beliau berkata :

“Jikalau setelah mati kita dibiarkan, tentulah kematian adalah peristirahatan bagi setiap kita yang hidup. Akan tetapi setelah mati kita akan dibangkitkan, lalu kita akan ditanya tentang seluruh yang pernah kita lakukan. Lakukanlah apa yang engkau kehendaki. UCAPKANLAH DAN TULISKANLAH APA YANG ENGKAU SUKAI, NAMUN.. siapkanlah jawaban yang tepat atas segala pertnyaan pada persidangan akhirat.”

Kata – kata itu benar benar menghujam hati saya, kemudian saya menghapus sebagian besar karya saya, dan bertekad untuk tidak lagi menuliskan kata-kata yang kurang bermanfaat. Saya pikir, saya ragu untuk menjadi seorang penulis.

Perlahan saya mulai memudarkan intuisi, karena mungkin punya perasaan yang terlalu dalam itu cukup merepotkan juga. Pada akhirnya, saya mulai menghapus harapan untuk menjadi seorang penulis.
Namun kemudian, secerca harapan datang ketika saya tahu bahwa ada program untuk menjadi membuat sebuah buku. Tapi sejujurnya saya masih takut untuk mencoba karena khawatir tidak konsisten.

Ada banyak program, dari mulai membuat buku, kelas cerpen, kelas artikel, dan kelas yang saya ikuti ini (tantangan 30 hari menulis). Saya pun mencoba untuk mengikuti dari yang paling dasar, dan yang paling... murah. Haha. Tapi ternyata saat ini saya pun masih mengalami keraguan, oh tidaak.

Karena  kelas ini diundur, jadi kelas ini masih akan berlanjut kemungkinan sampai hari ke-20 Ramadhan. Sejujurnya saya tidak ingin sibuk sendiri dengan urusan lain ketika ramadhan. Saya tidak ingin membiarkan bulan yang penuh keberkahan itu terlewat meski sedikit saja.

Entahlah, saya selalu dalam keraguan. Semua orang tahu, orang yang ragu-ragu tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Karena ia ragu terhadap apa yang dilakukannya. Tapi ya.. mari kita lihat. Saat ramadhan nanti apakah saya masih mengikuti tantangan ini, atau berpaling dan menjadi hamba Allah yang seutuhnya.
Sekian.

Wassalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakaatuh

Setiap orang pasti memiliki impian dan harapan di dalam dirinya, baik itu dinyatakan ataupun hanya terbesit di dalam hati. Adapun keraguan, seringkali ia hanya terbesit dalam hati, namun  mampu menggugurkan harapan yang telah dinyatakan bahkan dibangun.

Menjadi seorang penulis mungkin adalah harapan bagi sebagian orang, termasuk saya. Ya, saya katakan bahwa saya ingin sekali menjadi seorang penulis, hanya saja mungkin itu sebatas harapan dalam angan.

Entah mengapa, saya mulai ragu kepada diri saya sendiri. Menyelesaikan satu tulisan untuk hadiah seorang teman saja, sudah lebih dari satu tahun tapi tulisan itu tidak pernah selesai. Lalu bagaimana saya bisa menulis sebuah buku.

Alasan kesibukan selalu menjadi dalih utama saya, writing block atau istilahnya buntu saat menulis menjadi dalih kedua, kemudian alasan malas adalah dalih ketiga, dan alasan lain yang selalu ada saja.

Beberapa waktu lalu (pasca wisuda), saya pernah berkesempatan menjadi seorang penulis lepas di sebuah agensi. Meskipun basic saya adalah kesehatan, tapi saya tidak ragu untuk mencoba. Mungkin dengan cara tersebut saya akan bisa lebih dekat dengan impian saya sejak dulu.

Setelah beberapa waktu berlalu, entah mengapa saya merasa kalau ‘ini bukanlah diri saya.’ Saya tidak pernah merasa lebih baik (dalam perkara agama) setelah menjalani hal ini. Perasaan tersebut terus menghantui saya dari waktu ke waktu.

Bagaimana tidak, deadline yang begitu menggigit dan kemampuan yang masih terbata-bata membuat saya sering kali kwalahan. Sehingga sangat terpaksa, dari subuh hingga jam 10 malam, bahkan jam 12 atau jam 2 malam saya selalu berada di depan layar laptop. Jangankan untuk beraktivitas normal dan membantu orang tua, untuk shalat saja saya terpogoh pogoh. Bahkan dalam shalat pun tak jarang saya memikirkan tentang apa yang akan saya tulis selanjutnya.
Subhanallah.

Padahal yang kita tahu, apabila seorang hamba dalam sujudnya ia masih memikirkan tentang dunia. Maka jika ditampakkan dosanya, itu akan membinasakan langit dan bumi. Astagfirullah.

Hal itu rasanya semakin menghimpit dada saya. Saya ingin keluar dari kondisi yang tidak mendukung, namun ada hal lain yang membuat saya merasa sungkan untuk mengundurkan diri. Pada akhirnya hanyalah doa yang menjadi senjata. berharap semoga Allah memberikan yang lebih baik dari pada ini, dan mendorong untuk ketaatan kepadaNya.

Dan kemudian Allah memberikan jawaban, agensi saya vakum dan saya bisa kembali kepada Rabb dengan perasaan tenang.

(to be continue)
https://megateduh.blogspot.com/2017/05/impian-harapan-dan-keraguan-bag2.html
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Spill Budget Pendakian Rinjani
  • Jadi, kapan nikah?
  • Pendakian Gunung Sagara 2132 mdpl
  • Pendakian Merbabu Via Suwanting
  • Pendakian Prau via Patak Banteng
  • Bintang
  • Deklarasi
  • Hal Utama
  • Tanda Cinta untuk yang Tercinta - Bag.1
  • Berbicara Tentang "CINTA"

Categories

  • Ceritanya Mega 10
  • Days Writing Challenge 11
  • Opini 10
  • Puisi 18
  • Traveling 13

Advertisement

Contact form

Nama

Email *

Pesan *

Profil

Mega Teduh
Assalamu'alaikum warahmatullahi waabarakaatuh. Halo perkenalkan saya mega, selama datang di blog saya yang sederhana ini. Keseharian saya bekerja di bidang laboratorium, dan sempat menjadi content creator di bidang traveling. Untuk saat ini saya hanya menulis untuk diri saya sendiri, dan tulisan saya meliputi perjalanan wisata dan perjalanan kehidupan. Selamat menikmati
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (2)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
  • ▼  2017 (15)
    • ▼  Agustus (1)
      • Perempuan dan Emansipasi
    • ►  Mei (11)
      • Serba Serbi Wisuda (Ala Muslimah) Bag.3
      • Serba Serbi Wisuda (Ala Muslimah) Bag,2
      • Serba Serbi Wisuda (Ala Muslimah) Bag.1
      • Pertanyaan Seorang Teman Bag.3
      • Pertanyaan Seorang Teman Bag.2
      • Pertanyaan Seorang Teman Bag.1
      • Problematika Keadilan
      • Malaikat Kasat Mata
      • Aku ingin menjadi seorang penulis (?) Bag.2
      • Aku ingin menjadi seorang penulis (?) Bag.I
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2015 (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2014 (11)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (10)
  • ►  2013 (7)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2012 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (1)
Diberdayakan oleh Blogger.
  • Beranda
  • My Traveling
  • Days Writing Challenge
  • Ceritanya aku
  • Puisi
  • Opini

Popular Posts

  • Spill Budget Pendakian Rinjani
  • Jadi, kapan nikah?
  • My First Seven Summit ~ Mount Rinjani 3726 mdpl
  • 30 days Social Media Detox

Profil Saya

Assalamu'alaikum warahmatullahi waabarakaatuh. Halo perkenalkan saya mega, selama datang di blog saya yang sederhana ini. Keseharian saya bekerja di bidang laboratorium, dan sempat menjadi content creator di bidang traveling. Untuk saat ini saya hanya menulis untuk diri saya sendiri, dan tulisan saya meliputi perjalanan wisata dan perjalanan kehidupan. Selamat menikmati
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

  • ►  2025 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (2)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
  • ▼  2017 (15)
    • ▼  Agustus (1)
      • Perempuan dan Emansipasi
    • ►  Mei (11)
      • Serba Serbi Wisuda (Ala Muslimah) Bag.3
      • Serba Serbi Wisuda (Ala Muslimah) Bag,2
      • Serba Serbi Wisuda (Ala Muslimah) Bag.1
      • Pertanyaan Seorang Teman Bag.3
      • Pertanyaan Seorang Teman Bag.2
      • Pertanyaan Seorang Teman Bag.1
      • Problematika Keadilan
      • Malaikat Kasat Mata
      • Aku ingin menjadi seorang penulis (?) Bag.2
      • Aku ingin menjadi seorang penulis (?) Bag.I
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2015 (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2014 (11)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (10)
  • ►  2013 (7)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2012 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (1)

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi