Megazone

Tentang perjalanan, perasaan, dan kehidupan


Teluk Kiluan adalah salah satu itinerary trip wajib saya selama berada di Lampung. Mengapa demikian? Karena spot ini terkenal dengan lumba – lumbanya. Sebelum berangkat saya googling dulu mengenai apa saja yang ada di Teluk Kiluan, ternyata spot lumba – lumba ini lah yang paling terkenal. So, harapan besar saya ketika datang ke teluk ini adalah bertemu lumba – lumba.

Saya berangkat dari Bandara Radin Inten II menuju Teluk Kiluan sekitar jam 2 siang. Tentu saya tidak sendiri, saya bersama ke dua patner trip saya yaitu Mba Shinta dan Pak Hendra, serta guide handal kami Pak Yopie. Menurut Pak Yopie, jarak dari Bandar Lampung ke Teluk Kiluan sekitar 80 Km, yang dapat ditempuh dalam waktu 3 jam. Kondisi jalan 80% baik, dan sisanya.. bisa dilihat sendiri nanti. Begitulah kata beliau.

Sebelumnya kami pun diingatkan bahwa di cottage yang akan kami tempati belum di aliri listrik, disanapun tidak ada sinyal, dan warung. So, ketika kami di Bandar Lampung kami mampir sebentar di mini market daerah Hanura, untuk membeli persediaan air minum dan makanan kecil. Sebenarnya setelah di pikir – pikir, membeli makanan kecil seperti ini tidak perlu terlalu berlebihan, karena disana pun penyedia cottage sudah menyediakan makan dan minum.

Selama  di perjalanan kami sempat berhenti – berhenti sebentar seperti untuk ke minimarket, berfoto di pinggir Pantai Klara, dan sholat ashar. Sehingga waktu yang kami butuhkan menjadi lebih dari 3 jam. Selama di perjalanan kami pun menikmati pemandangan yang sangat indah. Tapi sayangnya tidak bisa setiap pemandangan indah lalu berhenti untuk berfoto. So kenangan indah tersebut hanya bisa saya simpan dalam memori kenangan yang indah saja, ciaa.

Potret keindahan Pantai Klara dari pinggir jalan

Setelah melewati jalan yang bisa dibilang cukup mulus, mulailah kami mengalami sedikit guncangan – guncangan. Mungkin inilah 20 % yang di bilang Pak Yopie tadi. Estimasi 20 % pun tidak full seluruhnya buruk, jadi ada sebagian jalan rusak, lalu bagus, lalu ada yang rusak lagi, lalu bagus lagi, dan seterusnya.

Kondisi jalan yang cukup mulus

Kondisi jalan yang becek dan berlubang

Namun menurut beliau jalan ini sudah lebih baik dibanding dulu, kini jalan menuju Teluk Kiluan sudah banyak yang diperbaiki pemerintah provinsi. Selama di perjalanan, saya pun melihat jalan yang sedang dicor beton tapi baru sebagian. Oya, jalan menuju Teluk Kiluan mungkin akan cukup sulit bagi Anda yang kurang mahir dalam menyetir mobil, dan yang penting lebih baik jangan membawa mobil jenis sedan kemari.

Karena sebagian jalan berlubang, becek serta licin, dan sebagian lagi merupakan jalan berbatu. Ketika jalan berbatu pun jalanannya mulai menanjak. Rasanya seperti menaiki gunung (walaupun entah gunung entah bukit), tapi yang jelas menurut saya lumayan susah nyetir mobil disini (terutama untuk saya yang gak bisa nyetir). 

Kondisi jalan berlubang dan berbatu

Meskipun jalan rusak dan kami terguncang – guncang, tapi kami melihat bulan yang indah sekali. Mobil pun berhenti sebentar untuk mengabadikannya. 


Salamku untuk sang rembulan

Setelah melewati jalan berbatu tadi, sampailah kami di gapura Teluk Kiluan. Kami datang diwaktu yang cukup sore (sekitar jam 5), sehingga  langit tidak terlalu cerah untuk berfoto. Tapi dari sini kami sudah bisa melihat keindahan Teluk Kiluan yang waaww.

Gapura Teluk Kiluan

Setelah masuk gapura, jalan kembali mulus dan kami pun menemukan beberapa kampung seperti kampung Bali dan kampung Sunda. Sesuai dengan namanya, disini saya dapat melihat banyak rumah khas daerah – daerah tersebut. Akhirnya sampailah saya di Dusun Bandung Jaya, ketika itu langit sudah mulai membiru pekat. Mobil kami pun parkir di salah satu lahan milik warga, dan kami melanjutkan perjalanan menuju cottage dengan perahu kecil/jukung.

Kondisi ketika itu cukup gelap, bahkan sangat gelap ketika berada di tengah lautan. Sehingga saya tidak bisa mengabadikan momen tersebut. Sebagai gantinya, saya hanya menikmati momen berada ditengah lautan yang gelap gulita. Semilir angin, aroma laut, dan gelombang yang membuat jukung kami bergoyang, membuat perjalanan saya terasa semakin menyenangkan.

Sesekali kami juga melihat jukung lain yang digunakan untuk mencari ikan, ada yang tidak menggunakan lampu (seperti jukung kami), dan ada juga yang menggunakan lampu. Dari kejauhan kami melihat sebuah tempat yang lebih terang karena terdapat lampu, dan disanalah cottage kami. Meskipun belum dialiri listrik, namun penyedia cottage menyediakan genset yang hanya digunakan saat malam. So, saya ga perlu takut akan gelap – gelapan disini. Hihi


Cottage di Anjungan Tamong Haji

Cottage yang saya tempati pun terbilang cukup luas, terdapat ruang tamu, kamar mandi di dalam, dan 2 kamar tidur ( 1 kamar berisi 1 bed, dan 1 kamar lagi berisi 2 bed). Meskipun sederhana, tapi menurut saya tempat ini cukup nyaman. Setelah merapikan barang bawaan dan membersihkan diri, kami pun disuguhkan makan malam.

Makan malam kali ini bermenu nasi hangat, kangkung, ikan lemadang bakar yang wow besarnya, sambal, kerupuk, dan air putih. Makan malam ini sederhana, tapi sungguh terasa nikmat. Kami pun merasa senang karena ikan lemadang ini sangat enak.

Ikan lemadang yang besarnya lebih besar dari piring ukuran besar

Kami kenyang, kami senang

Setelah makan malam, kami pun duduk – duduk di pinggir pantai untuk sekedar ngopi/ngeteh. Suasana malam di pinggir pantai cukup gelap, namun angin  dan suara deburan ombak yang cukup kencang, membuat suasana malam begitu syahdu. Setelah cukup malam, kami pun memutuskan untuk beristirahat karena besok pagi – pagi akan melanjutkan misi utama, yaitu mencari lumba – lumba.

Keesokan harinya jam setengah 6 kami sarapan, menu sarapan kali ini adalah nasi uduk hangat, gorengan, sambal, kerupuk, dan teh hangat. Hmm, nikmatnya.. Setelah sarapan kami langsung bersiap menuju perairan laut lepas menggunakan perahu kecil yang biasa disebut jukung/ketinting.

Bersiap menggunakan jukung

Meskipun perahu ini kecil dan ramping, namun nyatanya perahu ini cukup tangguh. Tidak perlu khawatir saat menggunakan jukung ini, ujung jukung yang lancip berfungsi untuk membelah gelombang. Sehingga bisa dikatakan kapal ini lebih aman untuk menuju laut lepas, di banding perahu motor yang berukuran sedikit lebih besar.

Untuk menuju perairan laut lepas, jukung tidak boleh di naiki lebih dari 3 penumpang, maksimal jukung dinaiki oleh 4 orang (3 penumpang dan 1 pengemudi). Karena kami ber-4 maka kami menggunaan 2 jukung, saya dengan Pak Hendra, sedangkan Mba Shinta dengan Pak Yopie. Saya sengaja duduk di paling depan untuk merasakan sensasi gelombang yang lebih terasa. Perjalanan pun dimula!

Ready and go!

Benar saja, duduk paling depan menggunakan jukung bisa dibilang sangat seru. Gelombang yang membuat perahu bergoyang pun membuat saya sedikit kesulitan saat menggunakan kamera. Sesekali saya melihat ombak memecah bebatuan karang yang sangat indah. Setelah melaut sekitar 30 menit sampailah kami pada tempat dimana lumba – lumba sering muncul. Jukung kami mulai berjalan pelan.

Setelah beberapa saat saya mulai menengok kesana kemari dengan harapan melihat lumba – lumba. Kamera baru saja dinyalakan, sambil mengarahkan kamera ke arah depan, pak Hendra dan pengemudi perahu teriak “Itu..itu..” saya hanya berkata, “mana.. mana..?” sambil kamera di arahkan entah kemana. Ternyata ada lumba – lumba disebelah kanan tapi saya tidak melihatnya. Haduh, payah juga ya saya.

Kemudian saya fokus memperhatikan sebelah kanan (tempat lumba – lumba tadi), di sebrang kanan pun terdapat jukung wisatawan yang juga sedang mencari lumba. Saat saya sedang memandang ke arah kanan, orang-orang yang berada di jukung sebrang kanan saya tiba – tiba berteriak. “Aaaaa!” sambil nunjuk ke arah jukung yang saya gunakan.

“Itu mega...” Kata Pak Hendra, ternyata lumba – lumba nya ada di sebelah kiri jukung saya, yang kata Pak Hendra dekat sekali dengan jukung kami. Haduuuh, sedih banget nih saya belum bisa liat lumba – lumba langsung padahal orang lain udah teriak – teriak.

Akhirnya mata saya siap siaga, menengok ke arah depan, samping kiri, samping kanan, dan juga sesekali belakang. Kamera stand by siap memotret jikala lumba – lumba itu datang. Yak! Itu dia lumba – lumbanya! Berada sedikit jauh di depan serong kanan saya, tapi pas saya baru mencet tombol shutter, eh ternyata dia udah hilang duluan. Duh, ternyata susah juga ya mau foto lumba – lumba.

Gagal bidik dia (lumba-lumba)

Beberapa kali saya melihat sirip lumba – lumba yang muncul ke permukaan, namun sayangnya kamera saya tidak secepat gerakannya. Saya pun tidak melihat ada lumba – lumba yang loncat ke permukaan, hanya siripnya saja. Akhirnya saya harus puas dengan tidak mendapatkan satupun foto lumba – lumba. Tapi untungnya Mbak Shinta dapat videonya, dan Pak Yopie dapat foto yang cantiiik banget (wajar karena beliau adalah fotografer). Kalau Pak Hendra (?) Hmm, jangan ditanya karena kameranya mati ketika di perjalanan, wkwk.


Sedikit sedih memang, namun karena ini adalah lumba – lumba di alam liar, tak ada satupun yang bisa menjanjikan pasti bertemu. Bisa dikatakan ini adalah soal keberuntungan, ada yang melihat ratusan, ada yang melihat hanya beberapa, dan bahkan ada yang tidak melihat sama sekali. Maka kami cukup bersyukur bisa bertemu lumba – lumba meskipun mereka agak sedikit malu – malu.

Menurut Pak Yopie, beliau pernah satu kali melihat ratusan bahkan ribuan lumba – lumba. Cuaca pun tidak bisa di predikisi, karena Pak Yopie melihatnya ketika sedang gerimis. Saya sendiri hanya bisa membayangkan bagaimana jika melihat lumba – lumba penuh di samping kiri, kanan, depan dan belakang. Pasti takjub luar biasa.

Kami pun bergegas kembali. Saat perjalanan pulang, kesedihan saya sedikit terobati karena pengemudi jukung kami berjalan sedikit mendekat pesisir teluk. Sehingga saya bisa melihat jelas ombak yang menghempas bebatuan di pesisir. Indaaah banget, sepertinya pengemudi jukungnya mengerti perasaan sedih saya. Gak ada sedikit pun perasaan sesal buat dateng ke Kiluan, yang ada mau balik lagi.


Indahnya Teluk Kiluan

Mungkin untuk bertemu lumba – lumba disini tak cukup hanya sekali datang, tapi harus berkali – kali. Semoga saya bisa berkesmpatan berkunjung lagi kemari, dan tentunya membawa kamera yang 1 detik bisa 4 kali foto biar gak kehilangan moment. Hihi.
Lumba – lumba! See you next!
Pada suatu malam, saya sedang menuju ruang tamu untuk membaca buku kemudian saya berduduk sila di bangku tersebut. Saya melihat adik saya yang baru kelas 5 SD sedang asik melakukan sesuatu. Saya pun bertanya,

Saya : dadan, lagi ngapain?
Adik : Lagi gambar teh (teteh panggilan adik saya untuk saya)
Saya : Gambar apa?
Adik : Cowny sama Brown
Saya : Ngapain gambar gituan? Buku buat besok udah diberesin?
Adik : Udah kok tadi..
Saya : Oh, yaudah. Lanjutkan

** Dadan OTW Gambar**
** Saya baca buku**

Adik : Teh, Dadan boleh gambar teteh ngga?
Saya : Boleh..
Adik : Diem ya teh, jangan bergerak

** Dadan OTW Gambar**
** Saya baca buku**

Saya : Udah belum Dan?
Adik : Belum sabar ya teh

** Dadan OTW Gambar**
**saya garuk – garuk**

Adik : Teteh ! Jangan gerak ! *sambil marah*
Saya : Oiya maaf maaf

**saya garuk – garuk lagi**

Adik : Teteh ! Dibilangin jangan gerak ! *sambil marah lagi*
Saya : Oiya maaf maaf

** Dadan OTW Gambar**

Saya : Dan, udah belom si. Kok lama banget?
Adik : Iya teh sebentar lagi, sabar ya..

** Dadan OTW Gambar**

Adik : Teteh kakinya jangan sila dong, turunin kebawah Dadan gak bisa gambar kakinya.
Saya : Yah, masa gitu aja gak bisa. Harus bisa dong..
Adik : Ih teteh..! dadan gak bisa

** Saya nurunin kaki**

Saya : Dan, udah belom? Dari tadi gak selesai – selesai..
Adik : iya ya teh, sabar ya.. ini gambarnya udah jadi

** Dadan ngasih kertas**
**Pas diliat**


Saya : Huaaa Dadaaaaaan !! Kok kayak gini gambarnya!!


**marah sambil ngakak**

Adik : Maaf ya teh. abis dadan gak bisa gambar idungnya.
Saya : --_____________________--
kirain gambar lama – lama hasilnya bagus *dalam hati*




Teruntuk kawanku,
Entah, apakah mungkin ini adalah yang terakhir kali
Aku  bahkan tak bisa berjanji untuk menemui lagi esok atau nanti
Kalau pun aku berjanji, kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti

Sekali lagi,  Mungkin ini adalah yang terakhir kali
Kita bertemu disini, dan juga harus berpisah ditempat ini
Bukan waktu yang berdosa karena memisahkan kita
Tapi memang karena telah habis masanya bagi kita untuk berbagi cerita

Bagaimana mungkin, aku bisa melupakan mu dengan mudahnya setelah sekian lama kita bersama. 3 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Namun, bukan pula waktu yang teramat lama

Esok, mungkin aku akan terus memikirkan mu. Mungkin segalanya akan terasa hampa jika kau tak ada, karena kita terlalu sering bersama

Setahun berikutnya, mungkin aku akan selalu merindukan saat – saat bersamamu. Namun, saat itu mungkin aku telah mulai  terbiasa, karena kita telah jarang berjumpa

Beberapa tahun kemudian, mungkin aku sudah tak tahu lagi bagaimana kabarmu
Dan mungkin aku hanya akan menganggapmu sebagai ‘TEMAN LAMA’

Sayangnya,
Sebuah cerita hanya tercipta dalam satu masa
Tak akan ada lagi cerita yang persis sama dalam masa lainnya
Setiap hari, memiliki kisahnya tersendiri
Dan hari yang kumiliki saat bersamamu, mungkin tak akan terjadi lagi

Kawan,
Maaf untuk perkataanku yang pernah membuat hatimu terluka
Aku tak pernah tahu, jika candaan itu membuatmu menitikan air mata. Aku sama sekali tak berniat membuatmu terluka

Maaf untuk tingkah laku ku yang sering membuatmu geram,
Maaf juga untuk aku yang sering menyusahkanmu
Maaf untuk aku yang kadang tidak menepati janji
Maaf untuk aku yang pernah meninggalkanmu ketika engaku sedang kesusahan
Maaf jika kadang aku tak selalu ada untukmu

Tak ada kata selain maaf yang bisa ku ucapkan saat ini
Berharap kelak kau mau memaafkan semua yang telah terjadi pada kita
Melupakan kejadian buruk diantara kita, tapi tidak untuk kenangan indah kita
Tidak juga untuk persahabatan kita

Terima kasih untukmu,
Untuk kesetia kawanan mu, untuk kesabaranmu, untuk keikhlasanmu, dan untuk kebaikanmu yang mungkin tak dapat ku balas.

Akhirnya, telah sampailah kita pada penghujung masa
Dimana aku dan kamu mungkin tak dapat lagi bersama
Dimana kata aku dan kamu mungkin akan sulit lagi menjadi kita
Dimana kata kita hanya akan berada kenangan yang melekat dalam ingatan

Kawan, sejujurnya aku mulai khawatir
Aku khawatir jika dunia luar terlalu dingin, sehingga aku takut tak akan menemukan lagi persahabatan sehangat saat kita bersama

Aku khawatir jika dunia luar terlalu kejam,  sehingga aku mungkin takut untuk menghadapi dunia tanpa kau disisiku
Tapi kawan
Aku tak mungkin memintamu untuk selalu berada disisiku, untuk selalu bersamamu
Kau memiliki impian, dan cita – citamu sendiri

Baik, mungkin ini adalah masa yang akhir bagi kita untuk selalu bersama
Tapi berjanjilah bahwa ini bukan yang terakhir
Semoga kau bahagia ditempat barumu, sahabatku.


-m.s.h

Aku mencintaimu sama seperti mencintai mawar mawar itu
Aku mencintainya tak peduli apapun warnanya, dan bagaimanapun durinya
Namun, bukan berarti karena aku mencintainya, lantas kemudian aku memetiknya
Karena itu sama dengan merusaknya dan membuatnya mati
Ada baiknya, apa-apa yang kita cintai itu hanya bisa dilihat, namun bukan untuk dimiliki
Wahai mawar,
Sungguh egois sekali
Jika aku memetikmu hanya untuk membuatku tersenyum
Namun itu akan membuatmu mati selamanya.
-m.s.h
Kau adalah desah nafas yang kuhela
Adalah sajak yang tak pernah lelah ku baca
Hadir mu seperti hembusan angin yang menyejukan dada
Karena tanpa kehadiranmu aku seperti tak bernyawa
Mungkin,
Kau adalah yang disebut cinta oleh para pujangga.
Mungkin
Kau adalah hati yang diidamkan banyak mata
Dan lebih dari pada itu.
Kau adalah senja.
Senja,
Aku tahu kau dihiasi dengan banyak warna
Dan setiap warna memiliki cerita
Tapi, aku tak tahu.
Warna mana yang lebih kau cinta
Tapi kini mungkin aku telah mengetahuinya,
Tentang warna yang lebih kau cinta
Senja,
Ku ikhlaskan jinggamu mengudara
Karena kau adalah warna yang memikat banyak mata.
Aku berusaha agar  tak lagi berharap tentang rona jingga diujung senja
Senja
Ku ikhlaskan jinggamu mengudara
Jangan tanya, mengapa.
Biar waktu yang menjawab semua, bila cinta tak dapat berbicara dengan kata-katanya
Biar biru yang membuat senja ini kelabu
Dan biru itu akan membuatku semakin pilu.
Senja,
Ku ikhlaskan jinggamu mengudara
Jika kau telah temukan cinta yang lainnya,
Semoga kau bahagia


-m.s.h
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Spill Budget Pendakian Rinjani
  • My First Seven Summit ~ Mount Rinjani 3726 mdpl
  • 30 days Social Media Detox
  • Awal mula kehidupan

Categories

  • Ceritanya Mega 10
  • Days Writing Challenge 11
  • Opini 10
  • Puisi 18
  • Traveling 13

Advertisement

Contact form

Nama

Email *

Pesan *

Profil

Mega Teduh
Assalamu'alaikum warahmatullahi waabarakaatuh. Halo perkenalkan saya mega, selama datang di blog saya yang sederhana ini. Keseharian saya bekerja di bidang laboratorium, dan sempat menjadi content creator di bidang traveling. Untuk saat ini saya hanya menulis untuk diri saya sendiri, dan tulisan saya meliputi perjalanan wisata dan perjalanan kehidupan. Selamat menikmati
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

  • ►  2025 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (2)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
  • ►  2017 (15)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2016 (5)
    • ▼  November (1)
      • Perjalanan Mencari Lumba – Lumba di Teluk Kiluan
    • ►  September (2)
      • Kisah di Balik Sebuah Gambar
      • Surat Untukmu, Kawanku
    • ►  Mei (1)
      • Kau adalah Mawarku
    • ►  Januari (1)
      • Senja, semoga kau bahagia
  • ►  2015 (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2014 (11)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (10)
  • ►  2013 (7)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2012 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (1)
Diberdayakan oleh Blogger.
  • Beranda
  • My Traveling
  • Days Writing Challenge
  • Ceritanya aku
  • Puisi
  • Opini

Popular Posts

  • Spill Budget Pendakian Rinjani
  • Jadi, kapan nikah?
  • My First Seven Summit ~ Mount Rinjani 3726 mdpl
  • 30 days Social Media Detox

Profil Saya

Assalamu'alaikum warahmatullahi waabarakaatuh. Halo perkenalkan saya mega, selama datang di blog saya yang sederhana ini. Keseharian saya bekerja di bidang laboratorium, dan sempat menjadi content creator di bidang traveling. Untuk saat ini saya hanya menulis untuk diri saya sendiri, dan tulisan saya meliputi perjalanan wisata dan perjalanan kehidupan. Selamat menikmati
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

  • ►  2025 (1)
    • ►  April (1)
  • ►  2024 (2)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
  • ►  2017 (15)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ▼  2016 (5)
    • ▼  November (1)
      • Perjalanan Mencari Lumba – Lumba di Teluk Kiluan
    • ►  September (2)
      • Kisah di Balik Sebuah Gambar
      • Surat Untukmu, Kawanku
    • ►  Mei (1)
      • Kau adalah Mawarku
    • ►  Januari (1)
      • Senja, semoga kau bahagia
  • ►  2015 (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2014 (11)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (10)
  • ►  2013 (7)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2012 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (1)

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi