Bismillah, assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh. Halo sahabat pembaca budiman yang semoga dirahmati Allah, selamat datang di blog aku yang sederhana ini. Setelah sekian purnama tidak posting tulisan karena kesibukan kuliah, setelah lulus pun sempat mengalami writing block, dan akhirnya aku kembali dengan membawa cerita pendakian Gunung Rinjani. Kiw kiw..
Sebelumnya memang ada niatan untuk menyelesaikan tripel S (Sumbing, Sindoro, Slamet) sebelum berangkat ke Rinjani. Tapi kayaknya akan memakan waktu lebih lama, jadi ya kita gas aja langsung ke Rinjani. Pendakian kali ini aku ditemani polwan cantik dan strong bernama Noni, aku sudah sounding pendakian ini dari tahun 2023 ke beliau dan alhamdulillah ketemu tiket promo, jadi mari kita Cuzz.. berangkat..
Perjalanan kali ini aku menggunakan open trip tigadewa, dan akan memakan waktu selama 6 hari 5 malam dengan durasi pendakian selama 4 hari 3 malam. Untuk spill budget akan ada dipostingan selanjutnya yaa.
Disclaimer,
tulisan ini cukup panjang meliputi estimasi waktu pendaki pace keong,
pengalaman dan perasaan selama waktu pendakian. Jadi mohon maaf kalau cerita
ini bersifat subyektif, dan tidak penting hahaha. Tinggal diskip aja ya guys..
Tapi kalau mau baca, Enjoy~~
Rabu,
24 Oktober 2024
Kami flight dari Soeta jam 7.30 menuju Lombok dengan waktu penerbangan 1 jam 45 menit. Penerbanangan hari itu cukup cerah, sehingga kami bisa melihat gunung-gunung dengan kemegahan ciptaanNya. Yaa walaupun taunya cuma gunung Sindoro, Sumbing, Semeru dan Rinjani aja sih pas di atas hahaha. Untuk kamu yang mau lihat view yang sama, bisa banget pilih window seat yang F atau K ya..
Setelah hampir sampai Lombok, kami
melihat Gunung Rinjani yang begitu megah. Jujur udah kena mental diawal, kayak
“hah beneran setinggi itu?”
“beneran itu yang mau aku daki besok? Sampe puncaknya? Tinggi banget. (kaya harapan orang tua) hahah”
Setelah landing, kami makan siang kemudian berkunjung ke Desa Suku Sasak Sade yang punya banyak keunikan. Kemudian menuju pantai Tanjuang Aan dan Bukit Merese yang indah. Kayaknya udah lamaa banget gak ke pantai yang indah seperti ini.
Tapi disini ada satu hal yang mencuri perhatian aku, yaitu anak dengan stunting. Awalnya cuma mau nanya usia adek yang jualan gelang disekitaran bukit, karena amaze aja anak sekecil itu udah pintar jualan. Tapi ternyata usia dan tingginya tidak sesuai, akhirnya searching ternyata angka stunting di Lombok itu 32% dan di Lombok Tengah sendiri (daerah Bukit Merese) itu 37%. Jujur sedih banget sih, tapi gak bisa ngelakuin apa-apa juga. Semoga adek-adek disini bisa mendapat perhatian dari pemerintah setempat yaa. Aamiin..
Okeh next.
Setelah dari Bukit Merese, kita kembali ke Bandara Lombok untuk menjemput kloter selanjutnya. Perjalanan dari Bandara ke Desa Sembalun membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Kemudian melakukan briefing untuk pendakian besok, dilanjut makan dan istirahat.
Dari sini udah disounding sama Bang Zahir selaku Tour Leader kami bahwa pendakian
Gunung Rinjani itu berbeda. Tapi masih belum paham ‘maksud’ dari bedanya itu
dimana. Dan disini udah mulai ada penawaran porter pribadi, porter sharing dan
porter air. Diawal aku memilih untuk bawa keril sendiri, tapi tetap menggunakan
porter air, karena minimal harus bawa 3 botol air mineral 1.5 L dan jujur aku
ga sanggup kalau harus bawa air sebanyak itu. Tapi untuk keril karena merasa ga
terlalu berat banget, jadi yaa kuatlah yaa. In syaa Allah. Tapi kita liat aja
nanti, apakah aku sekuat itu, hahaha.
Pendakian Hari ke 1 – Kamis 25 Oktober 2024
Pagi disambut oleh dinginnya udara Desa
Sembalun, jangan lupa poop karena kita akan 4 hari digunung. Hahaha
Jam 8.00 kami sudah mulai mengurus surat sehat dan simaksi, cuaca sudah mulai terik meski masih pagi.
Dari balai TNGR menuju kandang sapi kami
menggunakan mobil bak, dengan waktu tempuh sekitar 15-20 menit. Kemudian dari
kandang sapi, kami menggunakan ojek sampai pos 2 dengan waktu tempuh sekitar 30
menit. (Jika tanpa ojek tetap bisa berjalan dengan waktu tempuh sekitar 2-3
jam)
Perjalanan disarankan menggunakan ojek,
karena kita akan melalui hari yang sangat melelahkan 2 hari kedepan. Selama
perjalanan menggunakan ojek benar-benar full debu, karena memang cuaca sudah
memasuki musim kemarau. Aku juga gak sempat foto dan video karena safety first. Hehe
Kami tiba di Pos 2 Jam 10:30 dan yak here we go!! pendakian dimulai.. Cuaca sangat terik dan panas luar biasa, beban keril dan trek yang menanjak menambah berat langkah kaki. Heart rate gak beraturan. Belum ada 1 jam berjalan rasanya kayak udah mau nyerah. Wkwkw pendaki macam apaaa ini. Mengingat 5 hari sebelum pendakian memang kurang istirahat dan kurang olahraga karena perjalanan ke Jawa Timur. Meskipun 1 bulan terakhir udah lari tiap abis subuh setiap hari, tapi tetep ya point istirahat cukup diakhir itu sangat menentukan yaa. (Halah kebanyakan alasan)
Karena udah lelah pura-pura kuat,
akhirnya yoweslah ojek keril aja hahaha. Untungnya ada Bang Zahir yang megang
uang cash banyak, dan akhirnya di talangin dulu. Alhamdulillaah akhirnya
bebanku telah diangkat, yeaay. Perjalanan yang tadinya sumuk dan melelahkan
berubah menjadi ceria hahaha.
Kami sampai di pos 3 sekitar jam 12,
jajan semangka dulu gak siih haha. Kenapa semangka di gunung tuh enak-enak ya
Allah. Kemudian jalan sebentar, cari spot buat makan siang, terus lanjut lagi
jalan ke pos 4 sampai sekitar jam 2 siang. Semangka lagi, kemudian istirahat
sholat dan mempersiapkan mental menuju bukit penyesalan.
Pendakian menuju bukit penyesalan bisa
terbilang cukup berat karena nanjak terus ngga berhenti, dan tinggi, makanya
sampai diberi nama bukit penyesalan. Tapi buat aku pribadi sih gak ada yang
perlu disesali, soalnya keril ku sudah di ojekin dari awal wkwkwk. Sesekali
mengamati puncak rinjani dari kejauhan. Katanya, puncak rinjani dekat dimata
jauh dikaki, padahal kalau di liat-liat ya tetep aja jauh, hahaha.
Alhamdulillah akhirnya sampai di
Pelawangan sekitar jam 16.30, sesampainya kami di camp area Pelawangan 3, kami
langsung bersih-bersih, beberes, foto-foto sebentar dan menikmati sunset
beserta keindahan lautan awan. Maa syaa Allah, laa hawlaa wa laa quwwata illa
billah..
Setelah makan malam, kami memilih langsung tidur di jam 20.00, meski diluar masih ramai untuk foto milky way, tapi kami setidaknya masih punya waktu 4 jam untuk tidur sebelum siap-siap untuk summit. Selamat tidur~
Pendakian Hari ke 2 - Jum’at, 26 Juli 2024
Jam 00.00 dini hari kami sudah bangun, kemudian sarapan dan bersiap untuk summit. Jangan lupa pakai gaiter ya gais. Sebelum berangkat, kembali di sounding bahwa jalur menuju punggungan akan terasa lebih berat karena pasirnya lebih halus. Kemudian perkiraan sampai di cemoro tunggal jam 4, kemudian di letter E memakan waktu sekitar 2-3 jam menuju puncak. Waktu summit secara normal 6-8 jam.
Akhirnya jam 1.00 dini hari kami start
dari Plawangan 3 menuju puncak, let’s go~
Diawal kami masih menemukan jalur dengan pepohonan, kemudian naik menuju punggungan jalur mulai terasa sulit, pasir halus membuat satu langkah naik menjadi dua langkah turun. Cuma bisa bilang dalam hati, ALLAHUAKBAAR JALUR MACAM APAA INII !!
Setelah kena mental diawal pendakian kemarin, ini masih pagi udah kena mental lagi. Kok bisa ya orang-orang melangkah dengan mudah, tapi kok aku merosot terus ya Allah. Padahal aku udah berpijak di bekas pijakan orang lain, tapi masih merosot juga. Apalagi pas ngeliat bule-bule jalan tu kaya nambah mental break down. Wkwkw parah pokoknya untuk aku yang mentalnya kayak kerupuk. Gampang mleyot haha
Setelah teman-teman berhenti untuk
istirahat, aku memutuskan untuk jalan pelan-pelan mendahului teman yang sedang
beristirahat. Karena langkah aku kecil
dan pelan jadi takut banget kalau ditinggal, so aku tetap jalan pelan karena
yakin pasti kesusul.
Akhirnya kami yang tadinya ber-enam (aku, Noni, Ka Tia, Mas Kris, Mas Dory, Mas Adi), jadi terpecah menjadi 2-4 (Aku dan mas kris, Noni bersama Mas Dory Ka Tia dan Mas Adi)
Selama dijalan aku cuma berpikir, kenapa
orang-orang hanya bilang Letter E susah, padahal sebelum letter E juga jauh
lebih susah tolong huhu. Apa karena gelap jadi orang-orang sulit
mendokumentasikan dan langsung melupakannya. Aduh tolong ini kayaknya perlu di
highlight, buat yang mau ke Rinjani percayalah, bukan cuma Letter E aja yang
susah, tapi semua jalur susaaah wkwkwk.
Tapi balik lagi ke kondisi fisik dan mental masing-masing sih, mungkin aku aja yang emang kurang persiapan.
Akhirnya kami sampai di cemoro tunggal sekitar jam 4 pagi sesuai perkiraan diawal. Naik sedikit lagi sebelum letter E mencari tampat yang datar dan terhalang angin untuk shalat subuh sambil menunggu teman-teman. Setelah 30 menit lebih menunggu, namun belum nampak kehadiran mereka ber-empat. Karena semakin dingin akhirnya kami memutuskan untuk kembali berjalan pelan.
Melalui letter E ditemani garis batas matahari yang mulai menyala dan membuka segala keindahan yang sempat tidak terlihat. Selama summit aku ngga ada rasa kantuk sama sekali, tapi yang ada malah lapar dan lapaar teroos. Tolong ini tigadewa kalau sarapan untuk summit yang berat gini minimal sarapannya tuh
nasi padang gitu yak hahaha
Tapi buat aku pribadi, jalur letter E masih jauh lebih baik dibanding jalur naik ke punggungan yang pasirnya halus. Setelah 2 jam di letter E, Alhamdulillah atas izin Allah sampai di puncak Rinjani 3726 mdpl sekitar jam 7 pagi. Dengan total waktu summit 6 jam.
Setelah puas berfoto, jam 8.30 Bang Zahir sudah menyuruh kami untuk turun, setelah kami memutuskan untuk turun. Dan alhamdulillahnyaa sebelum turun masih ketemu Noni dkk, alhamdulillah seneng banget akhirnya mereka bisa sampai puncak.
Setelah selesai berfoto, jam 9.15 aku dan
Mas Kris memutuskan untuk kembali ke camp pelawangan dan membiarkan mereka ber-empat
berpuas foto di puncak. Kami sampai pelawangan sekitar jam 11.45, hanya perlu
waktu 2,5 jam untuk turun. Alhamdulillah karena jalur pasir ya turunnya jadi
cukup kayak main seluncuran aja haha.
Cuman kaki disini udah mulai berasa sakit nih. Tp karena jalur pasir jadi masih enak dibawa jalan.
Setelah istirahat, makan, dan packing kami bersiap untuk turun ke Danau Segara Anak. Saat itu sekitar jam 1 siang dan sebagian besar peserta sudah turun, Noni dan Mas Dory baru saja tiba dan akan makan siang, sementara Ka Tia dan Mas Adi belum mendarat di Pelawangan, so akhirnya aku dan Mas Kris memutuskan untuk turun terlebih dahulu ke Danau Segara Anak.
Disini tantangan sebenarnya baru di mulai, saat kaki udah mulai sakit karena lecet tapi harus terus berjalan melalui jalur yang full batu, terjal dan panjang. Kayaknya setiap jalan selalu terkaget-kaget dengan jalur yang diluar nurul. Pas diawal-awal masih bisa nahan. Makin kesini udah mulai agak oleng, kesandung, dan jatuh-jatuh.
Dan untuk kali ini, baru aja aku pernah
ngerasa benar-benar gak kuat banget dan udah mencapai batas kemampuan. Biasanya
aku paling gak suka ngeluh, kalau pun mau ngeluh paling cuma terhadeh-hadeh aja
sepanjang jalan. Tapi ini udah bener-bener sampai keluar di lidah, aku udah ga
shanggupp. Tapi mau jalan keatas jauh, kebawah jauhh. Sedih banget pengen
digendong aja rasanya. Tapi kan gak mungkin digendong. Pengen nangis tapi sadar
kalau tetep harus jalan.
Jadi permasalahannya adalah kakiku ini ultra wide, dan bagian kelingking yang sering jadi menahan tumpuan benar-benar terasa sakit. Walaupun sepatuku sudah upper 1 size namun tetap sakit. Mungkin kalau perjalanan jauh harusnya upper 2 size ya. Apa itu hoka (?) kayanya percuma kalau ngga ada skillnya hahah
Akhirnya sampailah dititik dimana kaki udah ngga kuat, lutut udah lemas, otak sama kaki nggak sinkron. Dan terjadilah atraksi jatuh mungkin yang ke delapan kali, dengan posisi jatuh kedepan dan bertumpu pada lutut. Saat itu kebetulan posisi Bang Lhotse ada dibelakang aku, beliau sangat kaget pas melihat aku jatuh, dan menyayangkan posisi jatuh aku yang berpotensi membuat cedera.
Akhirnya keril aku dibawain sama Mas Kris, dan aku jalan ditemani Bang Lhotshe. Tapi meski keril udah dibawain teteeup aja masih jatuh dan kesandung karena buru-buru mau ngikutin pace jalan teman yang lain. Hwaaa ga kuat, akhirnya nangis juga karena ngerasa bersalah udah ngerepotin orang lain, bikin Mas Kris double carrier, dan bikin orang lain berjalan lebih lambat. Maafin aku yaa..
Akhirnya dinasihatin sama Bang Oce untuk
utamakan keselamatan. Selalu diarahin dan di awas-awasin tiap nemu jalan yang
susah, jadi inget setiap naik gunung sama Bapak suka dimarahin kalau jatuh dan
gak liat pijakan yang benar. Adaa aja momen dan ucapan Bang Oce kalau diinget suasananya
lagi sedih tapi bikin ngakak
“Hishh. Kau ini, kau yang jatuh, aku yang
jantungan”
“Kau ini kalau jatuh jangan terlalu
pasrah. Tahan sedikit jangan terlalu pasrah”
“Bang gimana ini caranya lutut saya udah
ga kuat, gak bisa ditekuk” - “jangan diikutin, paksa!”
“ini didepan sudah datar ya, awas kau
kalau kesandung lagi” gak sampe satu menit ngomong udah kesandung lagi. “tuh
kan! Kan! Baru juga aku bilang apa”
Alhamdulillah setelah drama
perjatuh-jatuhan di jalur, sampai juga di camp area Danau Segara Anak sekitar
jam 17.30. Jazaakumullah khairan katsiran untuk Mas Kris yang sudah membantu
menahan pas jatuh, ngiketin tali sepatu, sampai bawain keril. Bang Oce yang sudah
ngarahin jalan dan ngawas-awasin terus biar gak jatuh lagi.
Kalian memang yang terbaiiik. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan kebaikan.
Setelah sampai langsung bersih-bersih, istirahat, makan dan tidur. Semangat masih harus menjalani 2 hari yang berat di gunung Rinjani, jadi persiapkanlah mentalmu nak. Baru kali ini naik gunung rasanya pengen cepet-cepet pulang dan udahan, hahaha. Rinjani memang beda..
Happy turu~
Pendakian
Hari ke 3 – Sabtu, 26 Juli 2024
Pagi di jam 03.45, udah gak punya PR buat summit tapi tetap bangun dan mendengar paduan suara dari tenda tetangga. Hari ini cuma mau mandi di sumber air panas, dan yaa menikmati keindahan alam di Danau Segara Anak. Kami pergi di jam 6 pagi dimana keadaan sudah terang dan kita hanya bisa berendam air panas dan cuci muka aja.
Setelah berendam, kami ganti pakaian,
foto-foto di Segara Anak dan sarapan kemudian cuzz kembali berjalan menuju
Kebun Jeruk Torean. Akhirnya disini aku kembali mengojek-an keril aku, agar
tidak merepotkan orang lain.
Jujur ini adalah perjalanan yang gak pengen aku mulai, karena masih trauma perjalanan kemarin. Kaki masih lecet dan memar akibat jatuh, dan sekarang masih harus melewati jalan yang lebih panjang dan lebih mengerikan (lagi).
Kami mulai perjalanan sekitar jam 11 dari
Danau Segara Anak menuju Torean, sedikit kembali ke jalur kemarin dengan posisi harus menuruni bebatuan. Disini
udah mulai ke trigger setiap kali melewati jalan menurun bebatuan yang panjang
dan licin. Nafas pendek-pendek karena cemas, sampai kayak menggigil.
Alhamdulillah di jalur ini aku emang gak ada jatuh, tapi traumanya parah
banget. Padahal aku biasanya gak takut ketinggian. Tapi aku takut jatuh
dibebatuan lagi.
Alhamdulillah Allah selalu hadirkan orang-orang baik, dan sepanjang perjalanan turun menuju Kebon Jeruk kali ini di arahin sama Mas Dory. Beliau yang selalu ngarahin langkah-langkah yang harus dipijak, sampe disangka guide sama pendaki lain. Wkwk ngakak parah di part ini tuh. Mas Dory terbaiik..
Tapi dari semua jalur di torean, menurut aku yang parah adalah Jurrasic Parknya. Padahal kalau di video atau foto youtube kayaknya gak semengerikan itu. Tapi Wallahi ngeri banget, itu pijakan terakhir sama pegangan jaraknya jauh banget sampe bingung mau gimana. Terus mas Dory bilang ke Bang Ma'il kalau aku takut ketinggian. Alhamdulillah dibantuin, dan disuruh pegangan ke beliau tapi aku trust issue banget karena abangnya gak pegang tali apapun.. Alhamdulillah akhirnya bisa terlewati, rasanya kayak selamat dari menantang maut.
Tapi setelah itu masih denial sampe
sekarang, kayak hah emang bener ya aku takut ketinggian ? hahaha
Alhamdulillaah akhirnya sampai di camp Kebon Jeruk sekitar jam 16.30 dan akhirnya kita mandi lagi disungai. Kapan lagi khaan di gunung bisa 2x mandi hehe. Kali ini kami mandi air sungai yang sejuk dan menyegarkan. Namun yang pasti butuh effort karena jalurnya bebatuan. Dan untuk ke sungai ini sendal aku sampe drama hanyut 4 kali sekaligus orangnya kebawa arus wkwk. Ini bener-bener part yang paling menghibur buat diri sendiri sekaligus orang lain. Makasih banyak buat abang2 yang udah bantuin ngambil sendal yang berkali-kali hanyut ini hahaha.
Setelah mandi, berers-beres dan makan
malam aku mencoba tidur tapi ternyata tidak bisa karena suasana cukup berisik
sampai musik di telinga kanan dan kiri beda haha. Beberapa orang sibuk hunting Milky Way, karena aku gak bisa foto milky way jadi aku cukup menikmati
keindahan bintang-bintang dengan mataku ini aja. Indaaah banget
Kayaknya enak banget kalau bisa tiduran sambil menikmati bintang-bintang gini, gak cape mendongak ke atas hehe. Akhirnya jam 22.00 kami memutuskan untuk tidur. Yeaay besok pulang~ Alhamdulillaah
Pendakian Hari ke 4 – Ahad, 27 Juli 2024
Selamat pagi~~ Pagi, pagi ceria !! Hari
ini waktunya pulang yeaaay..
Jam 4 pagi sudah bangun dan menikmati
paduan suara dari tenda tetangga. Kemudian subuhan, lanjut beres-beres dan
sarapan sebelum berangkat menuju Desa Torean. Kami berangkat sekitar jam 9 dari
Camp Kebon Jeruk, dan kali ini kami full team ber-enam, alhamdulillah ga
kepisah-pisah lagi. Jujur senang banget bisa ketemu teman-teman disini,
walaupun baru ketemu ketika pendakian tapi rasanya kayak udah kenal lama aja
gitu. Thank you guyss
Untuk jalur hari ini ditutup dengan
keindahan air terjun penimbungan, kemudian sisanya sudah masuk hutan dan lebih
tertutup. Yaa.. walaupun dibilangnya turun ke Torean, faktanya tetap jalurnya
turun – naik ya beib.. Tapi Alhamdulillaah, setidaknya hari ini kami hanya
sedikit bertemu dengan bebatuan terjal dan mayoritas jalur akar. Jujur aku seneng banget kalau ketemu jalur
yang berakar begini kayak mau lari aja gitu, cuma harus sadar diri kalau jari kaki sudah
meronta-ronta.
Setelah setengah perjalanan, kami bertemu dengan mata air yang sangat segar Maa syaa Allah. Airnya dingin dan enak untuk diminum. Kadang aku suka skeptis karena suka sakit tenggorokan kalau minum dari mata air, cuma untuk kali ini benar-benar segar dan gak ada keluhan sama sekali.
Setelah itu kami melanjutkan perjalanan
hingga akhirnya sampai di Pos Ojek Torean jam 13.30. Alhamdulillaah~ atas
pertolongan Allah kami bisa menyelesaikan pendakian Rinjani dengan sehat dan
selamat. Mari kita tutup pendakian kali ini dengan segelas es campur dengan harga normal. hahaha
Setelah cukup istirahat kami menuju basecamp dengan menggunakan ojek, kemudian langsung mandi dan packing. Sekitar jam 16.00 Kami berangkat dari Desa Torean menuju ke Gili Trawangan.
Perjalanan ke Gili Trawangan membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke Pantai Kecinan, kemudian dilanjut menggunakan speed boat sekitar 20 menit ke Pelabuhan Gili Trawangan.
Sesampainya di Pelabuhan Gili Trawangan, first impression tuh kayak Degg.. kok Bali banget rasanya ya, karena 90% pengunjungnya adalah bule. Setelah sampai penginapan, beres-beres kami lanjut makan malam di food court yang menyediakan makanan laut dan nasi rames. (Nasi rames gak tuh). Tapi satu hal yang bikin aku sangat tidak nyaman adalah, melihat minuman alkohol bertebaran dimana-dimana. Kayak ada penyesalan, hmm tau gitu mah gak usah kesini aja ya huhu.
Setelah selesai makan malam sekitar jam
22.00, kami melewati beberapa beach club
yang sudah memulai acara party-nya.
Jujur itu pertama kali buat aku melihat acara seperti itu, dan bener-bener
merasa nggak nyaman meskipun hanya sekedar lewat. Feeling guilty, kayak kenapa aku harus ada disini yaa Allah tau
gitu aku langsung pulang. Akhirnya memutuskan untuk langsung tidur dan tidak
berkumpul bersama teman-teman yang lain.
Senin, 28 Juli 2024
Selamat pagi~~~ Ini adalah hari terakhir
di Lombok!! Yeaay Alhamdulillah.. menikmati sunrise dengan kemageran, di lanjut
sarapan kemudian balik lagi ke kamar hahaha. Sebagai kaum intropret yang sering
kehabisan energi, menyendiri di kamar tu kayak mengisi kembali baterai sosial
yang telah habis.
Diwaktu yang sama, sebagian teman-teman
memilih untuk bersnorkeling ria sampai jam 9. Dan jam 10 kami harus sudah
bersiap untuk pulang karena qadarullah penerbangan jam 18:20 di majukan jadi
15:45. Alhamdulillaah usai sudah perjalanan kami~ see you next time guys
Kami kembali ke Pantai Kecinan sekitar
jam 11.30, kemudian dilanjut ke tempat oleh-oleh dan sampai bandara sekitar jam
2 siang. Lanjut check in, boarding, sampai dibandara sekitar jam 5 sore. Dan Alhamdulillaah
akhirnyaa bisa sampai rumah sekitar jam 7 malam.
Akkhirnya usai sudah cerita perjalanan yang panjang kali ini.
Meski dengan perspektif yang terbatas dan pengalaman yang sangat subyektif, disini aku ingin memberitahu kepada siapapun yang ingin pergi ke Gunung Rinjani bahwa selalu ada harga yang harus dibayar untuk menikmati keindahan alam di Gunung Rinjani. Ini bukan semata hanya soal uang, namun juga fisik, mental dan perjuangan yang harus dilakukan.
Terkadang kita hanya fokus menunjukan betapa indah dan megahnya Gunung Rinjani, namun lupa memberi tahu bahwa ada jalan yang begitu panjang dan tidak mudah yang harus di lewati.
Kalau ditanya apakah saya mau kembali lagi? Jawabannya untuk saat ini masih “Rinjani menyenangkan, tapi tidak untuk diulang”. Namun belum tahu ya kalau tiba-tiba nanti berubah pikiran hehe.
Oiya disini mau ngucapin banyak-banyak
terima kasih kepada seluruh teman yang telah membantu aku selama pendakian. Terima
kasih Noni dan Ka Tia yang sudah membersamai dari naik sampai turun.
Terima kasih Mas Kris dan Bang Lhotse
yang sudah sangat membantu saat perjalanan turun ke danau segara anak, terima
kasih banyak Mas Kris sudah dibawain keril, Bang Lotshe yang selalu ngarahin dan nasehatin selama perjalanan.
Terima kasih Mas Dory yang sudah sangat membantu ketika turun di jalur Torean
sampai dikira guide sama pendaki lain
Jazaakumullah khairan katsiran untuk
semua teman dan tim.
Kalian semua terbaiiik
Untuk para pembaca, terima kasih sudah
meluangkan waktu membaca tulisanku yang panjang ini.
See you on the next post~