Megazone

Tentang perjalanan, perasaan, dan kehidupan

Bismillah,

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Halo pembaca budiman yang semoga dirahmati Allah, selamat datang di blog aku yang sederhana ini dan selamat membacaa~~

Kali ini aku tidak akan membahas mengenai cerita perjalanan naik gunung, karena qadarullah rencana muncak pas libur lebaran ini tidak di acc ibunda ratu jadi yaa tentunya kita akan memaksimalkan waktu untuk hobi yang lain seperti olahraga, baca buku, menulis, daan tentunya tidur hahaha


Karena masih dalam suasana lebaran, aku sebagai penulis blog ini mengucapkan Taqobbalallahu minna wa minkum, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah. Semoga Allah terima amal ibadah kita yang sedikit ini, aamiin yaa Rabb

Berhubung masih dalam suasana hari raya dan kumpul keluarga, pernah ngga si kamu merasa kalau kumpul keluarga itu jadi sebuah keresahan tersendiri karena takut ditanya ini itu. Kalau aku pribadi pernah banget, pernah takut dan sebel banget kalau ditanya kapan nikah, ketika aku di usia  24-26 tahun (dimana usia tersebut adalah usia harapan aku untuk bisa menikah)


Sampai aku bilang ke bapakku kalau aku malas ketemu saudara-saudara dan gak mau kumpul keluarga karena sebel banget kalau ditanya kapan nikah. Tapi jawaban bapak aku si simpel aja, 

"kenapa harus sebel dan kesel? Kalau memang takdirnya belum ya bilang aja belum. Memang belum waktunya." 

Yaa dipikr-pikir bener juga sih ya, kenapa mesti kesel padahal mungkin orang cuma nanya biasa gak ada maksud apa-apa, atau mungkin emang cuma mau basa-basi aja.

Dan mungkin respon kesel aku itu juga secara tidak sadar adalah respon kecewa karena harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Harapannya bisa menikah diusia 25, tapi kenyataannya belum juga sampai 26. Jadi ketika mendapat pertanyaan seperti itu, rasanya menjadi terasa sangat sensitif.


Lambat laun pertanyaan "Kapan nikah? Dan semacamnya" itu menjadi sesuatu yang biasa terdengar dan bisa ditanggapi dengan santai untuk aku diusia yang hampir 30 ini. 

Suatu hari pernah ditanya oleh kerabat. S= saudara; M=aku

 S: Kapan atuh kita kondangan ke Jakarta?

M: Iya doain yaa

S: Udah ada calonnya?

M: Udah..

S: Orang mana?

M: Rahasia.. Hehee

S: Kasih tau atuh.. Kepo..

M: Iya karena masih rahasia, jadi aku juga gak tau orang mana. Hahahaha (aku tertawa lebar)

S: Ishh udah serius-serius


Dan sebelum tulisan ini dirilis, baru saja pagi ini mengalami hal serupa yang agak kocak juga kalau dipikir-pikir. Jadi tadi pagi setelah aku lari pagi, aku jalan ke pasar dan ketemu mamanya teman aku waktu SD. M = aku ; MT = Mama teman

M :  ibu.. (sambil senyum dan nyapa)

MT : Iyaa, ini siapa ya?

M : Mega bu..

MT : Oalah, masya Allah pangling ibu, mampir atuh ke rumah ** dia abis lahiran

M : Hehee iyaa bu..

MT : Si ** anaknya udah 2, mega anaknya udah berapa?

M : mm, masih nol buu, hehee

MT : Oalaah, ya Allah.. Semoga cepet yaa (sambil ngelus perut)

M : (waduh perasaan ga enak nih😅, kayanya salah ngomong wkwkw) Yaa atuh nikah dulu buu hahaha🤣🤣

MT : Ya Allah.. Maaf atuh neng, kirain ibu Mega udah nikah..


Kadang pertanyaan kayak gitu cukup dijawab santai aja ternyata, hehe gak perlu di ambil hati. Bahkan hampir tiap tahun aku buat tagline untuk diri aku sendiri yaitu 


- AKAN KU HADAPI PERTANYAAN KAPAN NIKAH DENGAN HAHA HEHE SAMBIL CENGAR CENGIR - 


Disatu sisi tagline ini hiburan buat aku pribadi dan penyemangat untuk lebih berlapang dada, terutama ketika hadir dinikahan saudara yang usianya lebih muda dari aku. Tapi disisi lain,  nyatanya lapang dada itu bukan tentang tagline atau kata-kata semata, tapi lebih kepada keyakinan dan keridhoan terhadap ketetapan Allah itu sendiri. 

Daan yaa tidak bisa dipungkiri bahwa, tidak ada hal semenentram menerima takdir Allah.


Selalu menjadi pengingat diri bahwa yang terbaik adalah pilihan Allah

Bismillah, assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh. Halo sahabat pembaca budiman yang semoga dirahmati Allah, selamat datang di blog aku yang sederhana ini. Setelah sekian purnama tidak posting tulisan karena kesibukan kuliah, setelah lulus pun sempat mengalami writing block, dan akhirnya aku kembali dengan membawa cerita pendakian Gunung Rinjani. Kiw kiw..

Sebelumnya memang ada niatan untuk menyelesaikan tripel S (Sumbing, Sindoro, Slamet) sebelum berangkat ke Rinjani. Tapi kayaknya akan memakan waktu lebih lama, jadi ya kita gas aja langsung ke Rinjani. Pendakian kali ini aku ditemani polwan cantik dan strong bernama Noni, aku sudah sounding pendakian ini dari tahun 2023 ke beliau dan alhamdulillah ketemu tiket promo, jadi mari kita Cuzz.. berangkat..


Perjalanan kali ini aku menggunakan open trip tigadewa, dan akan memakan waktu selama 6 hari 5 malam dengan durasi pendakian selama 4 hari 3 malam. Untuk spill budget akan ada dipostingan selanjutnya yaa. 

Spill Budget Pendakian Rinjani bisa dicek disini

Disclaimer, tulisan ini cukup panjang meliputi estimasi waktu pendaki pace keong, pengalaman dan perasaan selama waktu pendakian. Jadi mohon maaf kalau cerita ini bersifat subyektif, dan tidak penting hahaha. Tinggal diskip aja ya guys..

Tapi kalau mau baca, Enjoy~~

 

Rabu, 24 Oktober 2024

Kami flight dari Soeta jam 7.30 menuju Lombok dengan waktu penerbangan 1 jam 45 menit. Penerbanangan hari itu cukup cerah, sehingga kami bisa melihat gunung-gunung dengan kemegahan ciptaanNya. Yaa walaupun taunya cuma gunung Sindoro, Sumbing, Semeru dan Rinjani aja sih pas di atas hahaha. Untuk kamu yang mau lihat view yang sama,  bisa banget pilih window seat yang F atau K ya..


Setelah hampir sampai Lombok, kami melihat Gunung Rinjani yang begitu megah. Jujur udah kena mental diawal, kayak “hah beneran setinggi itu?”

“beneran itu yang mau aku daki besok? Sampe puncaknya? Tinggi banget. (kaya harapan orang tua) hahah”

Setelah landing, kami makan siang kemudian berkunjung ke Desa Suku Sasak Sade yang punya banyak keunikan. Kemudian menuju pantai Tanjung Aan dan Bukit Merese yang indah. Kayaknya udah lamaa banget gak ke pantai yang indah seperti ini.






Tapi disini ada satu hal yang mencuri perhatian aku, yaitu anak dengan stunting. Awalnya cuma mau nanya usia adek yang jualan gelang disekitaran bukit, karena amaze aja anak sekecil itu udah pintar jualan. Tapi ternyata usia dan tingginya tidak sesuai, akhirnya searching ternyata angka stunting di Lombok itu 32% dan di Lombok Tengah sendiri (daerah Bukit Merese) itu 37%. Jujur sedih banget sih, tapi gak bisa ngelakuin apa-apa juga. Semoga adek-adek disini bisa mendapat perhatian dari pemerintah setempat yaa. Aamiin.. 

Okeh next.

Setelah dari Bukit Merese, kita kembali ke Bandara Lombok untuk menjemput kloter selanjutnya. Perjalanan dari Bandara ke Desa Sembalun membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Kemudian melakukan briefing untuk pendakian besok, dilanjut makan dan istirahat.

Dari sini udah disounding sama Bang Zahir selaku Tour Leader kami bahwa pendakian Gunung Rinjani itu berbeda. Tapi masih belum paham ‘maksud’ dari bedanya itu dimana. Dan disini udah mulai ada penawaran porter pribadi, porter sharing dan porter air. Diawal aku memilih untuk bawa keril sendiri, tapi tetap menggunakan porter air, karena minimal harus bawa 3 botol air mineral 1.5 L dan jujur aku ga sanggup kalau harus bawa air sebanyak itu. Tapi untuk keril karena merasa ga terlalu berat banget, jadi yaa kuatlah yaa. In syaa Allah. Tapi kita liat aja nanti, apakah aku sekuat itu, hahaha.

 

Pendakian Hari ke 1 – Kamis 25 Oktober 2024

Pagi disambut oleh dinginnya udara Desa Sembalun, jangan lupa poop karena kita akan 4 hari digunung. Hahaha

Jam 8.00 kami sudah mulai mengurus surat sehat dan simaksi, cuaca sudah mulai terik meski masih pagi.


Dari balai TNGR menuju kandang sapi kami menggunakan mobil bak, dengan waktu tempuh sekitar 15-20 menit. Kemudian dari kandang sapi, kami menggunakan ojek sampai pos 2 dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. (Jika tanpa ojek tetap bisa berjalan dengan waktu tempuh sekitar 2-3 jam)

Rinjani via Kandang Sapi


Perjalanan disarankan menggunakan ojek, karena kita akan melalui hari yang sangat melelahkan 2 hari kedepan. Selama perjalanan menggunakan ojek benar-benar full debu, karena memang cuaca sudah memasuki musim kemarau. Aku juga gak sempat foto dan video karena safety first. Hehe

Pos terakhir ojek


Pos II


Kami tiba di Pos 2 Jam 10:30 dan yak here we go!! pendakian dimulai.. Cuaca sangat terik dan panas luar biasa, beban keril dan trek yang menanjak menambah berat langkah kaki. Heart rate gak beraturan. Belum ada 1 jam berjalan rasanya kayak udah mau nyerah. Wkwkw pendaki macam apaaa ini. Mengingat 5 hari sebelum pendakian memang kurang istirahat dan kurang olahraga karena perjalanan ke Jawa Timur. Meskipun 1 bulan terakhir udah lari tiap abis subuh setiap hari, tapi tetep ya point istirahat cukup diakhir itu sangat menentukan yaa. (Halah kebanyakan alasan)

Karena udah lelah pura-pura kuat, akhirnya yoweslah ojek keril aja hahaha. Untungnya ada Bang Zahir yang megang uang cash banyak, dan akhirnya di talangin dulu. Alhamdulillaah akhirnya bebanku telah diangkat, yeaay. Perjalanan yang tadinya sumuk dan melelahkan berubah menjadi ceria hahaha.


Pos III

Kami sampai di pos 3 sekitar jam 12, jajan semangka dulu gak siih haha. Kenapa semangka di gunung tuh enak-enak ya Allah. Kemudian jalan sebentar, cari spot buat makan siang, terus lanjut lagi jalan ke pos 4 sampai sekitar jam 2 siang. Semangka lagi, kemudian istirahat sholat dan mempersiapkan mental menuju bukit penyesalan.


Pos IV

Pendakian menuju bukit penyesalan bisa terbilang cukup berat karena nanjak terus ngga berhenti, dan tinggi, makanya sampai diberi nama bukit penyesalan. Tapi buat aku pribadi sih gak ada yang perlu disesali, soalnya keril ku sudah di ojekin dari awal wkwkwk. Sesekali mengamati puncak rinjani dari kejauhan. Katanya, puncak rinjani dekat dimata jauh dikaki, padahal kalau di liat-liat ya tetep aja jauh, hahaha.

Sejauh mata memandang~

Welcome to Pelawangan Sembalun~

Alhamdulillah akhirnya sampai di Pelawangan sekitar jam 16.30, sesampainya kami di camp area Pelawangan 3, kami langsung bersih-bersih, beberes, foto-foto sebentar dan menikmati sunset beserta keindahan lautan awan. Maa syaa Allah, laa hawlaa wa laa quwwata illa billah..




Setelah makan malam, kami memilih langsung tidur di jam 20.00, meski diluar masih ramai untuk foto milky way, tapi kami setidaknya masih punya waktu 4 jam untuk tidur sebelum siap-siap untuk summit. Selamat tidur~


Pendakian Hari ke 2 - Jum’at, 26 Juli 2024 

Jam 00.00 dini hari kami sudah bangun, kemudian sarapan dan bersiap untuk summit. Jangan lupa pakai gaiter ya gais. Sebelum berangkat, kembali di sounding bahwa jalur menuju punggungan akan terasa lebih berat karena pasirnya lebih halus. Kemudian perkiraan sampai di cemoro tunggal jam 4, kemudian di letter E memakan waktu sekitar 2-3 jam menuju puncak. Waktu summit secara normal 6-8 jam.

Akhirnya jam 1.00 dini hari kami start dari Plawangan 3 menuju puncak, let’s go~

Diawal kami masih menemukan jalur dengan pepohonan, kemudian naik menuju punggungan jalur mulai terasa sulit, pasir halus membuat satu langkah naik menjadi dua langkah turun. Cuma bisa bilang dalam hati, ALLAHUAKBAAR JALUR MACAM APAA INII !!

Setelah kena mental diawal pendakian kemarin, ini masih pagi udah kena mental lagi. Kok bisa ya orang-orang melangkah dengan mudah, tapi kok aku merosot terus ya Allah. Padahal aku udah berpijak di bekas pijakan orang lain, tapi  masih merosot juga. Apalagi pas ngeliat bule-bule jalan tu kaya nambah mental break down. Wkwkw parah pokoknya untuk aku yang mentalnya kayak kerupuk. Gampang mleyot haha

Setelah teman-teman berhenti untuk istirahat, aku memutuskan untuk jalan pelan-pelan mendahului teman yang sedang beristirahat. Karena langkah aku  kecil dan pelan jadi takut banget kalau ditinggal, so aku tetap jalan pelan karena yakin pasti kesusul.

Akhirnya kami yang tadinya ber-enam (aku, Noni, Ka Tia, Mas Kris, Mas Dory, Mas Adi), jadi terpecah menjadi 2-4 (Aku dan mas kris, Noni bersama Mas Dory Ka Tia dan Mas Adi)

Selama dijalan aku cuma berpikir, kenapa orang-orang hanya bilang Letter E susah, padahal sebelum letter E juga jauh lebih susah tolong huhu. Apa karena gelap jadi orang-orang sulit mendokumentasikan dan langsung melupakannya. Aduh tolong ini kayaknya perlu di highlight, buat yang mau ke Rinjani percayalah, bukan cuma Letter E aja yang susah, tapi semua jalur susaaah wkwkwk.

Tapi balik lagi ke kondisi fisik dan mental masing-masing sih, mungkin aku aja yang emang kurang persiapan.

Akhirnya kami sampai di cemoro tunggal sekitar jam 4 pagi sesuai perkiraan diawal. Naik sedikit lagi sebelum letter E mencari tampat yang datar dan terhalang angin untuk shalat subuh sambil menunggu teman-teman. Setelah 30 menit lebih menunggu, namun belum nampak kehadiran mereka ber-empat. Karena semakin dingin akhirnya kami memutuskan untuk kembali berjalan pelan.

Melalui letter E ditemani garis batas matahari yang mulai menyala dan membuka segala keindahan yang sempat tidak terlihat. Selama summit aku ngga ada rasa kantuk sama sekali, tapi yang ada malah lapar dan lapaar teroos. Tolong ini tigadewa kalau sarapan untuk summit yang berat gini  minimal sarapannya tuh 

nasi padang gitu yak hahaha

Sunrise di Letter E



Tapi buat aku pribadi, jalur letter E masih jauh lebih baik dibanding jalur naik ke punggungan yang pasirnya halus. Setelah 2 jam di letter E, Alhamdulillah atas izin Allah sampai di puncak Rinjani 3726 mdpl sekitar jam 7 pagi. Dengan total waktu summit 6 jam.






Setelah puas berfoto, jam 8.30 Bang Zahir sudah menyuruh kami untuk turun, setelah kami memutuskan untuk turun. Dan alhamdulillahnyaa sebelum turun masih ketemu Noni dkk, alhamdulillah seneng banget akhirnya mereka bisa sampai puncak.




Setelah selesai berfoto, jam 9.15 aku dan Mas Kris memutuskan untuk kembali ke camp pelawangan dan membiarkan mereka ber-empat berpuas foto di puncak. Kami sampai pelawangan sekitar jam 11.45, hanya perlu waktu 2,5 jam untuk turun. Alhamdulillah karena jalur pasir ya turunnya jadi cukup kayak main seluncuran aja haha.

Cuman kaki disini udah mulai berasa sakit nih. Tp karena jalur pasir jadi masih enak dibawa jalan.

Setelah istirahat, makan, dan packing kami bersiap untuk turun ke Danau Segara Anak. Saat itu sekitar jam 1 siang dan sebagian besar peserta sudah turun, Noni dan Mas Dory baru saja tiba dan akan makan siang, sementara Ka Tia dan Mas Adi belum mendarat di Pelawangan, so akhirnya aku dan Mas Kris memutuskan untuk turun terlebih dahulu ke Danau Segara Anak.


Disini tantangan sebenarnya baru di mulai, saat kaki udah mulai sakit karena lecet tapi harus terus berjalan melalui jalur yang full batu, terjal dan panjang. Kayaknya setiap jalan selalu terkaget-kaget dengan jalur yang diluar nurul. Pas diawal-awal masih bisa nahan. Makin kesini udah mulai agak oleng, kesandung, dan jatuh-jatuh. 

Dan untuk kali ini, baru aja aku pernah ngerasa benar-benar gak kuat banget dan udah mencapai batas kemampuan. Biasanya aku paling gak suka ngeluh, kalau pun mau ngeluh paling cuma terhadeh-hadeh aja sepanjang jalan. Tapi ini udah bener-bener sampai keluar di lidah, aku udah ga shanggupp. Tapi mau jalan keatas jauh, kebawah jauhh. Sedih banget pengen digendong aja rasanya. Tapi kan gak mungkin digendong. Pengen nangis tapi sadar kalau tetep harus jalan.

 

Cr : foto punya Noni
Spill jalur turun menuju Segara Anak

Jadi permasalahannya adalah kakiku ini ultra wide, dan bagian kelingking yang sering jadi menahan tumpuan benar-benar terasa sakit. Walaupun sepatuku sudah upper 1 size namun tetap sakit. Mungkin kalau perjalanan jauh harusnya upper 2 size ya. Apa itu hoka (?) kayanya percuma kalau ngga ada skillnya hahah

Akhirnya sampailah dititik dimana kaki udah ngga kuat, lutut udah lemas, otak sama kaki nggak sinkron. Dan terjadilah atraksi jatuh mungkin yang ke delapan kali, dengan posisi jatuh kedepan dan bertumpu pada lutut. Saat itu kebetulan posisi Bang Lhotse ada dibelakang aku, beliau sangat kaget pas melihat aku jatuh, dan menyayangkan posisi jatuh aku yang berpotensi membuat cedera. 


Akhirnya keril aku dibawain sama Mas Kris, dan aku jalan ditemani Bang Lhotshe. Tapi meski keril udah dibawain teteeup aja masih jatuh dan kesandung karena buru-buru mau ngikutin pace jalan teman yang lain. Hwaaa ga kuat, akhirnya nangis juga karena ngerasa bersalah udah ngerepotin orang lain, bikin Mas Kris double carrier, dan bikin orang lain berjalan lebih lambat.  Maafin aku yaa..

Akhirnya dinasihatin sama Bang Oce untuk utamakan keselamatan. Selalu diarahin dan di awas-awasin tiap nemu jalan yang susah, jadi inget setiap naik gunung sama Bapak suka dimarahin kalau jatuh dan gak liat pijakan yang benar. Adaa aja momen dan ucapan Bang Oce kalau diinget suasananya lagi sedih tapi bikin ngakak

 

“Hishh. Kau ini, kau yang jatuh, aku yang jantungan”

“Kau ini kalau jatuh jangan terlalu pasrah. Tahan sedikit jangan terlalu pasrah”

“Bang gimana ini caranya lutut saya udah ga kuat, gak bisa ditekuk” - “jangan diikutin, paksa!”

“ini didepan sudah datar ya, awas kau kalau kesandung lagi” gak sampe satu menit ngomong udah kesandung lagi. “tuh kan! Kan! Baru juga aku bilang apa”

 

Alhamdulillah setelah drama perjatuh-jatuhan di jalur, sampai juga di camp area Danau Segara Anak sekitar jam 17.30. Jazaakumullah khairan katsiran untuk Mas Kris yang sudah membantu menahan pas jatuh, ngiketin tali sepatu, sampai bawain keril. Bang Oce yang sudah ngarahin jalan dan ngawas-awasin terus biar gak jatuh lagi.

Kalian memang yang terbaiiik. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan kebaikan. 

Setelah sampai langsung bersih-bersih, istirahat, makan dan tidur. Semangat masih harus menjalani 2 hari yang berat di gunung Rinjani, jadi persiapkanlah mentalmu nak. Baru kali ini naik gunung rasanya pengen cepet-cepet pulang dan udahan, hahaha. Rinjani memang beda.. 

Happy turu~

 

Pendakian Hari ke 3 – Sabtu, 26 Juli 2024

 

Pagi di jam 03.45, udah gak punya PR buat summit tapi tetap bangun dan mendengar paduan suara dari tenda tetangga. Hari ini cuma mau mandi di sumber air panas, dan yaa menikmati keindahan alam di Danau Segara Anak. Kami pergi di jam 6 pagi dimana keadaan sudah terang dan kita hanya bisa berendam air panas dan cuci muka aja. 

Setelah berendam, kami ganti pakaian, foto-foto di Segara Anak dan sarapan kemudian cuzz kembali berjalan menuju Kebun Jeruk Torean. Akhirnya disini aku kembali mengojek-an keril aku, agar tidak merepotkan orang lain.

 

Jujur ini adalah perjalanan yang gak pengen aku mulai, karena masih trauma perjalanan kemarin. Kaki masih lecet dan memar akibat jatuh, dan sekarang masih harus melewati jalan yang lebih panjang dan lebih mengerikan (lagi).

Kami mulai perjalanan sekitar jam 11 dari Danau Segara Anak menuju Torean, sedikit kembali ke jalur kemarin  dengan posisi harus menuruni bebatuan. Disini udah mulai ke trigger setiap kali melewati jalan menurun bebatuan yang panjang dan licin. Nafas pendek-pendek karena cemas, sampai kayak menggigil. Alhamdulillah di jalur ini aku emang gak ada jatuh, tapi traumanya parah banget. Padahal aku biasanya gak takut ketinggian. Tapi aku takut jatuh dibebatuan lagi.



Alhamdulillah Allah selalu hadirkan orang-orang baik, dan sepanjang perjalanan turun menuju Kebon Jeruk kali ini di arahin sama Mas Dory. Beliau yang selalu ngarahin langkah-langkah yang harus dipijak, sampe disangka guide sama pendaki lain. Wkwk ngakak parah di part ini tuh.  Mas Dory terbaiik..

Meski jalurnya sadis, tapi viewnya sungguh manis. Maa syaa Allah!!

Tapi dari semua jalur di torean, menurut aku yang parah adalah Jurrasic Parknya. Padahal kalau di video atau foto youtube kayaknya gak semengerikan itu. Tapi Wallahi ngeri banget, itu pijakan terakhir sama pegangan jaraknya jauh banget sampe bingung mau gimana. Terus mas Dory bilang ke Bang Ma'il kalau aku takut ketinggian. Alhamdulillah dibantuin, dan disuruh pegangan ke beliau tapi aku trust issue banget karena abangnya gak pegang tali apapun.. Alhamdulillah akhirnya bisa terlewati, rasanya kayak selamat dari menantang maut.

Tapi setelah itu masih denial sampe sekarang, kayak hah emang bener ya aku takut ketinggian ? hahaha


Ini jalur bisa agak manusiawi dikit nggak ya tolong

Alhamdulillaah akhirnya sampai di camp Kebon Jeruk sekitar jam 16.30 dan akhirnya kita mandi lagi disungai. Kapan lagi khaan di gunung bisa 2x mandi hehe. Kali ini kami mandi air sungai yang sejuk dan menyegarkan. Namun yang pasti butuh effort karena jalurnya bebatuan. Dan untuk ke sungai ini sendal aku sampe drama hanyut 4 kali sekaligus orangnya kebawa arus wkwk. Ini bener-bener part yang paling menghibur buat diri sendiri sekaligus orang lain. Makasih banyak buat abang2 yang udah bantuin ngambil sendal yang berkali-kali hanyut ini hahaha. 

Setelah mandi, berers-beres dan makan malam aku mencoba tidur tapi ternyata tidak bisa karena suasana cukup berisik sampai musik di telinga kanan dan kiri beda haha. Beberapa orang sibuk hunting Milky Way, karena aku gak bisa foto milky way jadi aku cukup menikmati keindahan bintang-bintang dengan mataku ini aja. Indaaah banget

cr : foto punya Mas Dory

Kayaknya enak banget kalau bisa tiduran sambil menikmati bintang-bintang gini, gak cape mendongak ke atas hehe. Akhirnya jam 22.00 kami memutuskan untuk tidur. Yeaay besok pulang~ Alhamdulillaah

 

 Pendakian Hari ke 4 – Ahad, 27 Juli 2024

Selamat pagi~~ Pagi, pagi ceria !! Hari ini waktunya pulang yeaaay..

Jam 4 pagi sudah bangun dan menikmati paduan suara dari tenda tetangga. Kemudian subuhan, lanjut beres-beres dan sarapan sebelum berangkat menuju Desa Torean. Kami berangkat sekitar jam 9 dari Camp Kebon Jeruk, dan kali ini kami full team ber-enam, alhamdulillah ga kepisah-pisah lagi. Jujur senang banget bisa ketemu teman-teman disini, walaupun baru ketemu ketika pendakian tapi rasanya kayak udah kenal lama aja gitu. Thank you guyss


Emang boleh seindah ini?

Untuk jalur hari ini ditutup dengan keindahan air terjun penimbungan, kemudian sisanya sudah masuk hutan dan lebih tertutup. Yaa.. walaupun dibilangnya turun ke Torean, faktanya tetap jalurnya turun – naik ya beib.. Tapi Alhamdulillaah, setidaknya hari ini kami hanya sedikit bertemu dengan bebatuan terjal dan mayoritas jalur akar.  Jujur aku seneng banget kalau ketemu jalur yang berakar begini kayak mau lari aja gitu, cuma harus sadar diri kalau jari kaki sudah meronta-ronta.




Setelah setengah perjalanan, kami bertemu dengan mata air yang sangat segar Maa syaa Allah. Airnya dingin dan enak untuk diminum. Kadang aku suka skeptis karena suka sakit tenggorokan kalau minum dari mata air, cuma untuk kali ini benar-benar segar dan gak ada keluhan sama sekali.  

Setelah itu kami melanjutkan perjalanan hingga akhirnya sampai di Pos Ojek Torean jam 13.30. Alhamdulillaah~ atas pertolongan Allah kami bisa menyelesaikan pendakian Rinjani dengan sehat dan selamat. Mari kita tutup pendakian kali ini dengan segelas es campur dengan harga normal. hahaha 


Setelah cukup istirahat kami menuju basecamp dengan menggunakan ojek, kemudian langsung mandi dan packing. Sekitar jam 16.00 Kami berangkat dari Desa Torean menuju ke Gili Trawangan. 

Perjalanan ke Gili Trawangan membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke Pantai Kecinan, kemudian dilanjut menggunakan speed boat sekitar 20 menit ke Pelabuhan Gili Trawangan.

Sesampainya di Pelabuhan Gili Trawangan, first impression tuh kayak Degg.. kok Bali banget rasanya ya, karena 90% pengunjungnya adalah bule. Setelah sampai penginapan, beres-beres kami lanjut makan malam di food court yang menyediakan makanan laut dan nasi rames. (Nasi  rames gak tuh). Tapi satu hal yang bikin aku sangat tidak nyaman adalah, melihat minuman alkohol bertebaran dimana-dimana. Kayak ada penyesalan, hmm tau gitu mah gak usah kesini aja ya huhu.

Setelah selesai makan malam sekitar jam 22.00, kami melewati beberapa beach club yang sudah memulai acara party-nya. Jujur itu pertama kali buat aku melihat acara seperti itu, dan bener-bener merasa nggak nyaman meskipun hanya sekedar lewat. Feeling guilty, kayak kenapa aku harus ada disini yaa Allah tau gitu aku langsung pulang. Akhirnya memutuskan untuk langsung tidur dan tidak berkumpul bersama teman-teman yang lain.

 

Senin, 28 Juli 2024

Selamat pagi~~~ Ini adalah hari terakhir di Lombok!! Yeaay Alhamdulillah.. menikmati sunrise dengan kemageran, di lanjut sarapan kemudian balik lagi ke kamar hahaha. Sebagai kaum intropret yang sering kehabisan energi, menyendiri di kamar tu kayak mengisi kembali baterai sosial yang telah habis.


Diwaktu yang sama, sebagian teman-teman memilih untuk bersnorkeling ria sampai jam 9. Dan jam 10 kami harus sudah bersiap untuk pulang karena qadarullah penerbangan jam 18:20 di majukan jadi 15:45. Alhamdulillaah usai sudah perjalanan kami~ see you next time guys


Kami kembali ke Pantai Kecinan sekitar jam 11.30, kemudian dilanjut ke tempat oleh-oleh dan sampai bandara sekitar jam 2 siang. Lanjut check in, boarding, sampai dibandara sekitar jam 5 sore. Dan Alhamdulillaah akhirnyaa bisa sampai rumah sekitar jam 7 malam.

 

Akkhirnya usai sudah cerita perjalanan yang panjang kali ini.

Meski dengan perspektif yang terbatas dan pengalaman yang sangat subyektif, disini aku ingin memberitahu kepada siapapun yang ingin pergi ke Gunung Rinjani bahwa selalu ada harga yang harus dibayar untuk menikmati keindahan alam di Gunung Rinjani. Ini bukan semata hanya soal uang, namun juga fisik, mental dan perjuangan yang harus dilakukan.

Terkadang kita hanya fokus menunjukan betapa indah dan megahnya Gunung Rinjani, namun lupa memberi tahu bahwa ada jalan yang begitu panjang dan tidak mudah yang harus di lewati.

Kalau ditanya apakah saya mau kembali lagi? Jawabannya untuk saat ini masih “Rinjani menyenangkan, tapi tidak untuk diulang”. Namun belum tahu ya kalau tiba-tiba nanti berubah pikiran hehe.

Oiya disini mau ngucapin banyak-banyak terima kasih kepada seluruh teman yang telah membantu aku selama pendakian. Terima kasih Noni dan Ka Tia yang sudah membersamai dari naik sampai turun.

Terima kasih Mas Kris dan Bang Lhotse yang sudah sangat membantu saat perjalanan turun ke danau segara anak, terima kasih banyak Mas Kris sudah dibawain keril, Bang Lotshe yang selalu ngarahin dan nasehatin selama perjalanan. Terima kasih Mas Dory yang sudah sangat membantu ketika turun di jalur Torean sampai dikira guide sama pendaki lain

Jazaakumullah khairan katsiran untuk semua teman dan tim.

Kalian semua terbaiiik

 

Untuk para pembaca, terima kasih sudah meluangkan waktu membaca tulisanku yang panjang ini.

See you on the next post~

Bismillah, halo sahabat pembaca budiman yang semoga Allah rahmati, selamat datang di blog aku yang sederhana ini. Semoga Allah mudahkan urusan kita semua yaa.. aamiin.

Tidak seperti biasanya, kali ini aku tidak akan membagikan cerita pengalaman naik gunung karena memang sedang off sementara untuk fokus menyelesaikan studi. Mohon doanya semoga penelitian aku diberi kemudahan dan kelancaran, aamiin. In syaa Allah kalau semuanya sudah beres, aku akan kembali menggunung lagi. Hehe 

Sumber : rizafirli(dot)com

Seperti judulnya 30 days social media detox, aku akan membagikan pengalaman aku mengenai 30 hari tanpa media sosial. Disclaimer, social media yang dihilangkan disini hanya instagram dan twitter. Sementara untuk WhatsApp, Telegram, Youtube dan Gmail aku masih menggunakan seperlunya.

Aku mulai off menggunakan instagram dan twitter sekitar akhir Desember 2022, setelah menonton review buku mengenai Digital Minimalism.

 

Yap, jujur saat itu memang sudah cukup jenuh dengan kehidupan sosial media, tapi disaat yang bersamaan sosial media itu seperti candu yang membuat pola hidup menjadi tidak sehat. Seperti terlalu sering mengecek handphone padahal gak ada yang ngechat juga, berlama-lama di sosial media, sampai mendistrak tugas yang harus dilakukan.

Disamping itu, derasnya arus informasi di media sosial menyediakan berbagai informasi yang sebenarnya tidak kita perlukan. Seperti kehidupan sosial orang yang tidak kita kenal, pencapaian orang lain, informasi terbaru mengenai artis dan keluarganya, kasus pembunuhan, perselingkuhan, perceraian, joget tiktok, mukbang, buang-buang makanan, pamer kekayaan, kesombongan, hujatan, sampai kelakuan dan ucapan tidak jelas yang dilakukan oleh orang yang ingin mencari atensi di  dunia maya.

Apakah aku membutuhkan itu semua? Tentu tidak.

Tapi kita bisa  mengetahuinya baik sengaja maupun tidak hanya dengan satu sentuhan jari.

Sebagai seorang introvert, berlama-lama disosial media membuat aku sering kehabisan energi. Mungkin itulah salah satu penyebab aku tetap membutuhkan banyak ruang untuk sendiri meskipun aku sudah terlalu lama sendiri.


Meski tidak dapat dipungkiri, manfaat dari social media juga banyak sekali. Banyak informasi dan pengetahuan yang bisa kita dapat dengam mudah tanpa harus membeli lebih banyak buku. Seperti Ilmu agama, psikologi, relationship, finance, self improvement, memasak, olahraga, dan banyak lagi. 

Tapi ya tetap saja, meski dengan segala kelebihannya. Sesuatu yang kita gunakan secara berlebihan itu nggak baik. Sama seperti kebanyakan melihat medsos, yaa nggak baik juga. Kabar baiknya, kita sadar  ketika kita lebih banyak menghabiskan waktu di sosial media, itu akan memberikan impact yang tidak sehat untuk kehidupan kita di dunia nyata.

Contoh kecil, sikap anti-pati sebagian orang ketika melihat suatu kejadian atau musibah yang bukannya segera memberi bantuan tetapi malah sibuk memvideokan kejadian itu sendiri.

Atau pada aku sendiri, ketika berbicara dengan seorang teman, aku jarang saling bertatap, terkadang kita sibuk menatap layar masing-masing dan hanya sesekali menoleh. Pada akhirnya aku lupa, bagaimana adab saat berbicara dengan orang lain.

Ketika makan pun, tak jarang diri aku lebih sibuk menatap layar handphone dibanding menikmati makanan itu sendiri. Sekarang pun setelah belajar mindfulnes dan membaca buku diet, aku baru mempelajari cara makan yang baik. Seperti tidak bermain smartphone saat makan untuk menciptakan fokus pada indra pengecap, mengunyah lebih banyak untuk memudahkan lambung dalam bekerja dan mengirim sinyal ke otak, bahkan boleh sesekali memejamkan mata dan makanan itu akan terasa lebih enak dari biasanya.

Such a beautiful life, hanya dari belajar makan tanpa pegang smartphone.

 

Kembali lagi seperti yang sebelumnya aku katakan, setidaknya kita sadar bahwa ada yang salah dengan pola hidup kita karena terus terpapar media sosial. Ketika kita menyadari ada sesuatu yang salah, maka kita bisa berusaha untuk memperbaikinya. Salah satu caranya adalah dengan mereset ulang otak kita dengan menepi sejenak dari media sosial.

Detoks media sosial bisa dilakukan kapanpun saat kita butuh, dan waktunya pun tidak harus 30 hari. Bisa 3 hari, 7 hari, 2 minggu, 30 hari atau bahkan lebih, sesuai waktu yang dibutuhkan untuk menepi sejenak dari keributan dunia maya.

Aku sendiri memilih 30 hari untuk berhenti dari media sosial, karena memang aku belum pernah berhenti selama itu. Dan apa yang terjadi?

 

Diawal aku merasa aneh, karena bangun tidur terbiasa dengan mengecek smartphone, namun kali ini aku hanya akan mengecek smartphone di jam 7 pagi.

Ketika pekan pertama aku tidak punya media sosial yang bisa aku cek, disaat itu coping mechanism aku adalah melihat marketplace. Dan yaa bisa ditebak, saat itu aku cukup banyak melakukan chek out barang. Hehehe

Namun, seminggu setelah itu, aku merasa lebih produktif dan lebih bisa menikmati hidup aku hanya dengan meletakan smartphone. Dan pada akhirnya pada hari ini selesai sudah 30 hari aku off dari media sosial. Alhamdulillaah rasanya lebih plong, lebih fresh, hahayy.

 

Terus timbul pertanyaan nih di dalam diri, lanjut off instagram atau back to normal? Jujur aku udah nyaman hidup tanpa insta story apapun, dan gak peduli kehidupan orang lain. Mengingat sebuah quotes ‘Hidup bukan untuk membuktikan apapun, kepada siapapun’ yang membuat aku ngerasa mau out dari media sosial. Tapi ga bisa di pungkiri juga banyak banget informasi bermanfaat, ditambah aku juga senang banget bisa sharing bacaan dan melihat review buku orang lain.

Namun ibarat dua sisi mata uang, media sosial dan aku ini memang cukup love-hate relationship ya. Karena terkadang aku secara tidak sadar melihat cermin di media sosial, yang aku bandingkan dengan diri aku sendiri. Apalagi diusia yang sudah 27 tahun, melihat teman menikah, punyak anak ke-1, anak ke-2 udah kayak makanan sehari-hari. Yang.. Sorry I can’t relate, dan disatu sisi bikin aku sedih.

Maaf ini bukan iri dengki/hasad, karena hasad itu menginginkan kenikmatan yang ada pada orang lain hilang. Sedangkan yang aku rasain ya murni karena perasaan sedih aja, mungkin karena aku tipikal orang yang melankolis jadi mudah untuk merasa sedih.

 

Again and again, ini bukan salah siapapun karena media sosial memang di desain seperti itu. Tempat berbagi kehidupan sosial, pribadi, momentum bahagia, hobi yang disukai, tempat-tempat indah, dan banyak hal. Semua tergantung dari cara aku menempatkan media sosial.

At the end, aku masih belum tau akan off terus atau back to normal. Tapi tenang aja beibs, kalau kamu gak bisa menemukan aku di dunia maya kamu bisa temuin aku di dunia nyata, Or just text me on whatsApp I’ll be reply ur message soon.

See you~

Postingan Lama Beranda

ABOUT ME

I could look back at my life and get a good story out of it. It's a picture of somebody trying to figure things out.

SUBSCRIBE & FOLLOW

POPULAR POSTS

  • Jadi, kapan nikah?
  • Spill Budget Pendakian Rinjani
  • Tanda Cinta untuk yang Tercinta - Bag.1
  • Awal mula kehidupan
  • 30 days Social Media Detox
  • Pendakian Gunung Sagara 2132 mdpl
  • My First Seven Summit ~ Mount Rinjani 3726 mdpl
  • Pendakian Gunung Pangrango 3019 mdpl - via Cibodas
  • Bayi Botol
  • Hal Utama

Categories

  • Ceritanya Mega 10
  • Days Writing Challenge 11
  • Opini 10
  • Puisi 18
  • Traveling 13

Advertisement

Contact form

Nama

Email *

Pesan *

Profil

Mega Teduh
Assalamu'alaikum warahmatullahi waabarakaatuh. Halo perkenalkan saya mega, selama datang di blog saya yang sederhana ini. Keseharian saya bekerja di bidang laboratorium, dan sempat menjadi content creator di bidang traveling. Untuk saat ini saya hanya menulis untuk diri saya sendiri, dan tulisan saya meliputi perjalanan wisata dan perjalanan kehidupan. Selamat menikmati
Lihat profil lengkapku

Blog Archive

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  April (1)
      • Jadi, kapan nikah?
  • ►  2024 (2)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
  • ►  2017 (15)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2015 (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2014 (11)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (10)
  • ►  2013 (7)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2012 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (1)
Diberdayakan oleh Blogger.
  • Beranda
  • My Traveling
  • Days Writing Challenge
  • Ceritanya aku
  • Puisi
  • Opini

Popular Posts

  • My First Seven Summit ~ Mount Rinjani 3726 mdpl
  • Spill Budget Pendakian Rinjani
  • 30 days Social Media Detox
  • Jadi, kapan nikah?

Profil Saya

Assalamu'alaikum warahmatullahi waabarakaatuh. Halo perkenalkan saya mega, selama datang di blog saya yang sederhana ini. Keseharian saya bekerja di bidang laboratorium, dan sempat menjadi content creator di bidang traveling. Untuk saat ini saya hanya menulis untuk diri saya sendiri, dan tulisan saya meliputi perjalanan wisata dan perjalanan kehidupan. Selamat menikmati
Lihat profil lengkapku

Arsip Blog

  • ▼  2025 (1)
    • ▼  April (1)
      • Jadi, kapan nikah?
  • ►  2024 (2)
    • ►  Desember (1)
    • ►  Agustus (1)
  • ►  2023 (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2022 (4)
    • ►  November (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2021 (2)
    • ►  September (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2020 (6)
    • ►  Desember (2)
    • ►  November (1)
    • ►  Oktober (3)
  • ►  2017 (15)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Mei (11)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2016 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  September (2)
    • ►  Mei (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2015 (4)
    • ►  Agustus (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2014 (11)
    • ►  November (1)
    • ►  Juni (10)
  • ►  2013 (7)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (2)
    • ►  April (2)
    • ►  Februari (2)
  • ►  2012 (5)
    • ►  November (1)
    • ►  September (1)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Juli (1)
    • ►  Mei (1)

Designed by OddThemes | Distributed By Gooyaabi